Senin, 03 Oktober 2011

PENGARUH EKSTRAK SERBUK KAYU SIWAK

PENGARUH EKSTRAK SERBUK KAYU SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus DENGAN METODE DIFUSI AGAR

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penggunaan kayu siwak (Salvadora persica) telah dikenal semenjak berabad-abad lalu, terutama oleh bangsa Arab kuno yang hingga sekarang masih digunakan sebagai alat kebersihan mulut. Faktor sosial dan agama menjadi pendorong utama penggunaan kayu siwak (Salvadora persica) terutama bagi masyarakat muslim. Suatu studi komparatif periodontal treatment yang dilakukan terhadap pengguna siwak dengan non pengguna siwak menunjukkan bahwa tingkat masyarakat pengguna siwak memiliki level periodontal treatment yang lebih rendah dibandingkan masyarakat non pengguna siwak (Al-Lafi dan Ababneh, 1995).
Darout dkk. (2000) melaporkan bahwa komponen kimiawi ekstrak kayu siwak sangat ampuh dalam menghilangkan plak dan mereduksi virulensi bakteri periodontopathogenic. Kandungan anionik alami dalam siwak dipercaya sebagai antimikrobial efektif di dalam menghambat dan membunuh mikrobial. Seperti Nitrat dilaporkan mempengaruhi transpor aktif porline pada Eschericia coli dan terbukti ampuh pula di dalam menghambat fosforilasi oksidatif dan pengambilan oksigen Pseudomonas aureginosa dan Staphylococcus aureus. Hipotiosianat menunjukkan bereaksi dengan grup sulfihidril dalam enzim bakteri yang dapat menyebabkan kematian bakteri.
Streptococcus mutans merupakan bakteri patogen pada mulut yang merupakan agen utama penyebab timbulnya plak, gingivitis dan caries gigi (Lee et al., 1992). Bakteri ini diujikan untuk melihat efektifitas ekstrak serbuk kayu siwak terhadap bakteri patogen mulut. Sedangkan Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab intoksitasi dan terjadinya berbagai macam infeksi seperti pada jerawat, bisul, pneumonia dan lainnya (Supardi dan Sukamto, 1999). Penulis sengaja menggunakan bakteri Staphylococcus aureus untuk melihat kemampuan ekstrak serbuk kayu siwak terhadap bakteri patogen pada kulit dan luka ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan uji antibakterial ekstrak serbuk kayu siwak (Salvadora persica) yang diekstrak dengan menggunakan metode Fluida Super Critis. Hasil ekstrak dengan metode Fluida Super Critis ini dipercaya memiliki kemurnian yang lebih dibandingkan dengan metode konvensional yang selama ini sering digunakan. Hasil ekstraksi tersebut diuji dengan metode difusi lempeng agar dengan mengukur diameter zona terang (Clear zone) yang mana hasil pengukuran merupakan respon penghambatan pertumbuhan yang akan diklasifikasikan menurut Ahn dkk. (1994).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Sejarah Penggunaan Siwak
Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah dimulai semenjak berabad-abad lalu. Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan yang bermacam-macam seiring dengan perkembangan sosial, teknologi dan budaya. Beraneka ragam peralatan sederhana dipergunakan untuk membersihkan mulut mereka dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang hewan hingga duri landak. Diantara peralatan tradisional yang mereka gunakan dalam membersihkan mulut dan gigi adalah kayu siwak atau chewing stick. Kayu ini walaupun tradisional, merupakan langkah pertama transisi/peralihan kepada sikat gigi modern dan merupakan alat pembersih mulut terbaik hingga saat ini. (El-Mostehy, 1998).
Miswak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun (Citrus aurantifolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India. (Almas, 2003).

2. 2 Klasifikasi Tanaman Siwak
            Klasifikasi tanaman Salvadora persica menurut Tjitrosoepomo (1998) adalah sebagai berikut :
Divisio : Embryophyta
Sub Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledons
Sub Class : Eudicotiledons
Ordo : Brassicales
Family : Salvadoraceae
Genus : Salvadora
Spesies : Salvadora persica

2. 3  Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak
            Secara Kimiawi, kulit batang kayu siwak yang kering bila diekstrak dengan alkohol 80% dan kemudian diekstrak dengan ether, lalu diteliti secara terperinci kandungannya melalui ECP (Exhaustive Procedure Chemicle), maka akan ditemukan zat-zat kimia sebagai berikut : Trimetilamin, chloride, resin, sejumlah besar fluoride dan silica, sulfur dan vitamin C (El-Mostehy et al., 1981).Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri. Khoory (1989) menjelaskan bahwa siwak kaya dengan fluorida dan silika, fluorida mengerahkan proses antikariogenik dengan cara sebagai berikut :
1) Perubahan hydroxypatite menjadi fluorapatite yang lebih tahan terhadap acid   
    dissolution.
2) Bercampurnya acidogenic organisme di dalam plak gigi sehingga mengurangi 
     pH dari plak gigi.
3) Membantu memulihkan kembali gigi yang baru rusak.
4) Membentuk efek penghambat terhadap pertumbuhan bakteri pada plak gigi.
    Adapun silika berfungsi membantu membersihkan gigi karena silika bekerja    
     sebagai bahan penggosok yang dapat menghilangkan noda. (Khoory, 1989)

BAB III
METODE
3.1    CARA KERJA
3.1.1 Tahap Persiapan
3.1.1.1 Alat dan Bahan
            Cawan Petri, Tabung Reaksi, erlenmeyer, Penjepit, Spatula, Media Agar Na, Media Nutrien Broth, dan seluruh alat dan bahan (kecuali ekstrak serbuk kayu siwak) yang akan digunakan disterilisasi di dalam autoclave selama 30 menit dengan mengatur tekanan sebesar 15 dyne/cm3 (1 atm) dan suhu sebesar 121o C setelah sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas. (Capuccino dan Sherman, 2001, Pelszar, 1986)
3.1.2 Tahap Pengujian
3.1.2.1 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri
            Cawan petri yang berisi media NA sebanyak kurang lebih 10 ml diberi suspensi bakteri sebanyak kurang lebih 2 ml dan diratakan ke dalam cawan Petri dengan metode pour plate dan dishaking dengan vortex. Media didinginkan hingga memadat. Setiap bakteri yang diujikan untuk setiap jenis konsentrasi Salvadora persica memerlukan 4 cawan petri, dimana dalam satu cawan petri diujikan dengan 3 kertas cakram, kecuali 1 cawan yang berisi 2 cakram. Kertas cakram yang telah dicelup ke dalam stok konsentrasi ekstrak serbuk kayu siwak tadi diletakkan di atas permukaan agar secara higinis di dalam Laminar Air Flow.
Lalu media diinkubasi ke dalam inkubator. Inkubasi dilakukan pada suhu 37o C selama 24 jam, kemudian diukur diameter zona terang (clear zone) dengan menggunakan penggaris (milimeter). Tabel 3.1 menunjukkan respon hambatan pertumbuhan bakteri diklasifikasikan menurut Ahn, dkk. (1994). Perlakuan dilakukan dengan repetisi sebanyak 3 kali.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Khateeb T.L., D.M. O’Mullane, H. Whelton, M.I. Sulaiman, 1991, Periodontal treatment needs among Saudi Arabian adults and their relationship to the use of the Miswak, Research Journal, King Abdulaziz University, Jeddah, Saudi Arabia.
Al-Lafi T. and Ababneh H., 1995, The effect of the extract of the miswak (chewing sticks) used in Jordan and the Middle East on oral bacteria, Research Journal, University of Wales College of Medicine, Dental School, Periodontology Department, Cardiff, UK.
Almas, K., 2003, The effect of Salvadora persica extract (miswak) and chlorhexidine gluconate on human dentin: a SEM study, The Journal of the Contemporary Dental Practise, Vol. 3, no. 3, August 15, 2002.
Almas, K., 1993, Miswak and its Role in Oral Health, Research Journal, Postgraduate Dentist Middle East.
Almas, K., 1999, Miswak : A Cultural and Scientific Heritage, Saudi Dental Journal 1999 May-August.
Benson, H.J., 1998, Microbiological Application : Laboratory Manual in General Microbiology, McGraw-Hill Book Co., New York, USA.
Capuccino, James G., Natalie Sherman, 2001, Microbiology : A Laboratory Manual, Soxth Edition, Benjamin Cummings, San Fransisico.
Cason, James and Henry Rapoport, 1992, Laboratory Text in Organic Chemistry, Second Edition, Prentice Hall Inc., New Jersey
Chan, E.C.S., W. Al-Joburi, S.L. Cheng, F. Delorme, 1989, In Vitro Susceptibilties of Oral Bacterial Isolates to Spiramycin : Antimicrobial Agents and Chemotherapy, Journal of Pharmacology, American Society for Microbiology
Chen, Casey, 2001, Periodontitis as a Biofilm Infection, Journal of The California Fental Association.
Darout, Ismail A., 2000, Antimicrobial Anionic Components In Miswak Extract, Journal Pharmacology, Department of Odontology, Faculty of Dentistry, University of Bergen, Bergen, Norway

Download disini

0 komentar:

Posting Komentar

TV Streaming

tutorial blogger Indonesia

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review