Selasa, 31 Januari 2012

KOMUNITAS (VEGETASI )


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
          Suatu kajian dan pemahaman ekologi tumbuhan belumlah lengkap tanpa penelaahan mengenai kaidah atau asas-asas  yang mengatur bagaimana komunitas tumbuh-tumbuhan berkembang dalam skala waktu dan ruang (temporal & spasial). Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara individu terisolasi, biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau membentuk koloni. Kumpulan berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri atas komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik. Ketiga macam komunitas itu berhubungan erat dan saling  bergantung. Ilmu untuk menelaah komunitas (masyarakat) ini disebut sinekologi. Di dalam komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja terjadi, melainkan setiap spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling mengatur di antara mereka. Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan kumpulan individu-individu dari satu macam spesies. komunitas adalah kumpulan organisme hidup yang saling berhubungan baik antara mereka maupun lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat di kemukakan adalah :
1.    Apa pengertian komunitas (vegetasi)?
2.    Macam – macam komunitas (vegetasi)?
3.    Apa saja interaksi dalam komunitas?
4.    Bagaimana karakteristik komunitas tumbuhan yang menyangkut  Keaneragaman, Struktur dan komposisi komunitas serta Paramater yang dapat diukur dalam komunitas vegetasi?
1.3 Tujuan
Beradasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan di capai adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian komunitas (vegetasi)
2.      Untuk mengetahui konsep-konsep dasar  komunitas (vegetasi)
3.      Untuk mengetahui interaksi dalam komunitas
4.      Dapat menjelaskan karakteristik komunitas tumbuhan yang menyakut keanekaragaman, struktur dan komunitas serta paramater yang dapat di ukur dalam komunitas vegetasi




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1    PENGERTIAN KOMUNITAS (VEGETASI)


httpwww.irwantoshut.netpict-rain-forest.jpg (diakses 01 November 2011)
httpweblog.greenpeace.orgclimatec0211091.JPG(diakses01 November 2011)

Komunitas dalam arti ekologi mengacu kepada kumpulan populasi yang terdiri dari spesies yang berlainan, yang menempati suatu daerah tertentu. sedangkan pengertian komunitas secara umum sendiri adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang saling berinteraksi dan tinggal di suatu habitat. Setiap komunitas tidak harus menempati daerah yang luas, artinya komunitas dapat mempunyai ukuran berapa pun. Misalnya dalam  suatu aquarium yang terdiri dari ikan, siput, hydrilla sebagai komponen biotik, serta air, bebatuan sebagai komponen abiotik dapat disebut sebagai suatu komunitas. Komunitas tumbuhan di daerah trofik biasanya bersifat rumit dan tidak mudah diberi nama menurut satu atau dua spesies yang paling berkuasa sebagaimana yang umum di daerah yang beriklim sedang.
Irwan (2003), lebih lanjut menjelaskan komunitas sebagai kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Komunitas pada prinsipnya terbentuk dari berbagai hasil interaksi di antara populasi-populasi yang ada , Di alam terdapat bermacam-macam komunitas. Komunitas ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu komunitas akuatik (lautan, danau, sungai dan kolam) dan komunitas terestrial (hutan, padang rumput, padang pasir, dan lain-lain.)
Muchtar (2009), menjelaskan komunitas sebagai kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organismee merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Dalam tingkatan komunitas ciri, sifat dan kemampuannya lebih tinggi dari populasi misalnya dalam hal interaksi. Dalam komunitas bisa terjadi interaksi antar populasi, tidak hanya antar individu atau spesies seperti pada populasi. Hubungan antar populasi ini menggambarkan berbagai keadaan yaitu bisa saling menguntungkan sehingga terwujud suatu hubungan timbal balik yang positif bagi kedua belah pihak (mutualisme). Sebaliknya bisa juga terjadi hubungan salah satu pihak dirugikan (parasitisme).
Apabila suatu komunitas sudah terbentuk, maka populasi-populasi yang ada haruslah hidup berdampingan atau bertetangga satu sama lainnya. Dalam biosistem komunitas ini berasosiasi dengan komponen abiotik membentuk suatu ekosistem.
Ada beberapa definisi tentang komunitas yang disampaikan oleh beberapa ahli ekologi sebagai berikut.
1.    Danseraeu
Danseraeu mendefinisikan komunitas adalah organisasi organisme secara spatial dan temporal dengan perbedaan derajat integrasi, dan yang jelas komunitas mempunyai level organisasi yang lebih kompleks dari organisme sendiri.
2.     Walter
Walter menyampaikan bahwa komunitas tumbuhan sebagai suatu kombinasi spesies yang tetap yang terdapat secara alami, dan dalam keseimbangan ekologi baik diantara tumbuhan sendiri maupun dengan lingkungannya.
3.    Oosting
Oosting membuat definisi kerja tentang komunitas tumbuhan yaitu: komunitas adalah kumpulan (aggregration) berbagai organisme hidup yang mempunyai hubungan timbal balik (mutual relationship) baik diantara mereka sendiri maupun dengan lingkungannya
4.    Mc Nauchton & Wolf
Mc Nauchton & Wolf mendeskripsikan populasi yang terjadi bersamaan dalam ruang dan waktu, secara fungsional berhubungan satu sama lain membentuk unit ekologi yaitu komunitas.
5.    Odum
Odum (1993) mendeskripsikan tentang komunitas biotik sebagai kumpulan populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yang telah ditentukan, hal tersebut merupakan satuan yang diorganisir sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melalui transformasi-transformasi metabolik yang bergandengan. Dalam penjelasan selanjutnya disampaikan bahwa komunitas merupakan istilah yang luas yang dapat digunakan untuk kumpulan-kumpulan alami dari berbagai ukuran mulai dari biota sebuah kayu hutan atau lautan yang luas.
Komunitas-komunitas utama adalah mereka yang cukup besar dan kelengkapan dari organisasinya adalah demikian hingga mereka relatif tidak tergantung dari masukan dan hasil dari komunitas di dekatnya. Sedangkan komunitas-komunitas minor adalah mereka yang lebih kurang tergantung kepada kumpulan-kumpulan tetangganya.

6.    Kendeigh
Kendeigh (1980), menuliskan bahwa ekologi tumbuhan berhubungan dengan kajian komunitas tumbuhan atau asosiasi tumbuhan. Satuan dasar di dalam sosiologi tumbuhan adalah asosiasi, yaitu komunitas tumbuhan dengan komposisi floristik tertentu. Bagi ahli sosiologi tumbuhan, suatu asosiasi adalah seperti suatu spesies.
Suatu asosiasi terdiri dari sejumlah tegakan, yang merupakan suatu satuan konkrit vegetasi yang diamati di lapangan. Para ahli ekologi tumbuhan mempergunakan istilah komunitas dalam suatu artian yang sangat umum, sedangkan istilah asosiasi memiliki suatu arti yang sangat khusus.
Ada tiga gagasan utama yang terlibat dalam definisi komuniats:
a.    Sifat minimum komunitas adalah hadirnya bersama beberapa spesies dalam suatu daerah.
b.    Bahwa komunitas menurut beberapa ilmuwan adalah kumpulan kelompok spesies yang sama terjadi berulang dalam ruang dan waktu. Ini berarti bahwa ada “tipe komunitas” yang memiliki komposisi relatif tetap.
c.    Ada sementara ilmuwan yang mengatakan bahwa komunitas memiliki kecenderungan menuju ke arah stabilitas dinamik, dan bahwa keseimbangan ini cenderung dipulihkan jika terganggu, jadi komunitas menunjukkan homeostasis.

Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :
1.    Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil
2.    Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan, dan lain-lain
3.    Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropis.
Berbeda dengan cara diatas, Alechin, memberikan penjelasan cara menentukan komunitas dilapangan yaitu dengan cara melihat persekutuan tumbuhan yang dapat membentuk kelompok terbuka dan kelompok tertutup. Pada bentuk terbuka, orang dapat membedakan penempatan tanpa integrasi: tegakan temporal atau permanen atau komunitas, misalnya pada stand populasi campuran. Pada kelompok tertutup dalam arti terintegrasi atau terpadu. Namun konsep ini masih banyak memiliki kelemahan.
Jadi, untuk identifikasi komunitas di lapangan, konsep komunitas sedapat mungkin harus tidak terbatas. Untuk identifikasi semua level skala geografi cukup memakai dasar variasi dalam homogenitas atau uniformitas penutup vegetasi, dimana variasi ini cukup jelas dengan penglihatan atau visual.
Lebih lanjut Ngurah Rai (1999), menjelaskan bahwa ada dua pengertian komunitas, yaitu komunitas konkrit dan komunitas abstrak. Komunitas konkrit adalah konsep komunitas yang mengacu kepada tegakan/ stand tumbuhan yang nyata terdapat di lapangan. Sedangkan komunitas abstrak merupakan konsep komunitas yang memiliki bentuk asosiasi dan sosiasi.

2.1.1 PANDANGAN-PANDANGAN TERHADAP KOMUNITAS
Pada dasarnya ada dua pandangan tentang komunitas tumbuhan yang saling bertentangan yang sering dijumpai.
1.    Kelompok sarjana yang berpandangan bahwa komunitas tumbuhan adalah unit-unit dengan karakteristik sosiologi. Sehingga mereka memakai istilah sosiologi tumbuhan atau Phytocoenology untuk memberi batasan ilmu yang berkaitan dengan komunitas tumbuhan. Ada juga yang menganggap bahwa komunitas tumbuhan seperti “organismee”, dan ada yang memandang sebagai unit yang lebih kompleks yang terdiri dari beberapa lapisan komunitas yang disebut synusiae. Berikut akan dijelaskan beberapa pandangan para sarjana mengenai komunitas tumbuhan.
a.    Clement mempunyai pandangan bahwa komunitas tumbuhan dianalogikan sebagai organisme. Komunitas tumbuhan dianggap sebagai unit kesatuan, sehingga pandangan ini juga disebut titik pandang holistik. Clement memandang komunitas tumbuhan persis seperti organismee: lahir, tumbuh berkembang menjadi dewasa, bereproduksi, dan kemudian akan mati. Proses perkembangan suksesi mulai dari perkembangan stadia pioner sampai stadia klimaks stabil dianggap menggambarkan dari proses lahir sampai dewasa. Sudah tentu padangan ini ada kelemahannya, yaitu mati atau hilangnya komunitas sesungguhnya tidak bisa disamakan dengan matinya organisme yang kehilangan fungsi organnya, tetapi matinya komunitas, artinya digantinya sebagian atau keseluruhan oleh populasi yang baru oleh karena adanya perubahan lingkungan.
b.    Braun-Blanquest, juga berpandangan analogi organisme, sehingga aspek klasifikasi komunitas serupa dengan organisme yang diklasifikasikan ke dalam kelompok taksonomi. Komunitas tumbuhan dapat disamakan dengan spesies, dan komunitas dapat dipandang sebagai unit dasar klasifikasi vegetasi, karenanya Braun-Blanquest mempunyai titik pandang sistematik. Beberapa sarjana menekankan adanya diskontinuitas diantara komunitas tumbuhan, sedang lainnya menekankan adanya kontinuitas dan bentuk transisi dalam vegetasi.
Tekanan pada diskontinuitas menganggap bahwa komunitas masing-masing jelas terpisah satu sama lain, sehingga setiap komunitas dapat dikelompokkan dalam sistem klasifikasi. Dalam hal ini tiap komunitas dapat diidentifikasikan sebagai anggota tipe komunitas tertentu karena adanya spesies karakter yang ditafsirkan sebagai spesies kunci. Tetapi ini ada kelemahnnya, karena spesies kunci ini akan kehilangan nilai diagnosanya kalau kajian komunitas diperlukan di luar batas regional aslinya.
Tekanan pada kontinuitas menganggap komunitas tumbuhan bersifat dinamik sehingga lebih menggangap adanya kontinuitas dalam ruang dan tidak ada batas mutlak antara komunitas yang berdekatan. Ajaran ini dikenal sebagai ajaran kontinum atau ajaran Wisconsin.
2.    Kelompok kedua berpandangan bahwa tumbuhan secara individual adalah sebagai satu-satunya unit yang nyata di alam. Komunitas tumbuhan, dimana tumbuhan individu hidup bersama, menurut paham ini tidak dapat secara jelas ditentukan sebagai unit. Salah satu pendukung dari pandangan ini adalah
a)    Gleason yang mengajukan konsep komunitas tumbuhan yang disebut sebagai konsep individualistik komunitas tumbuhan. Menurut pandangan ini penutup vegetasi dipandang sebagai bentuk kontinum, yang berarti komunitas itu terdiri dari kombinasi tumbuhan yang berubah secara kontinu.Gleason menganggap benar bahwa komunitas tumbuhan eksestensinya tergantung pada kekuatan selektif lingkungan tertentu, dan lingkungan berubah secara tetap dalam ruang dan waktu. Karenanya, menurut pandangan ini tak ada dua komunitas yang serupa atau mempunyai hubungan yang erat, dan masing-masing bersifat individualistik.
b)   Walter mempunyai pandangan yang terletak diantara dua pendapat di atas. Pemunculan kelompok tanaman serupa atau kombinasi spesies serupa dalam habitat serupa hampir tidak dapat diingkari. Ini berarti komunitas nyata dapat dikenal, dan dengan demikian dapat dikaji. Komunitas sedemikian dapat dengan mudah ditentukan batasnya pada tiap batas yang berbeda.
Secara lebih sederhana Barbour et al.,1987 mengelompokkan pandangan terhadap komunitas menjadi dua yakni (1) Pandangan Organismik, dan (2)  Pandangan Kontinum.  Pandangan organismik menyatakan spesies dalam asosiasi mempunyai batas distribusi serupa sepanjang aksis horizontal, dan banyak dari mereka muncul sampai melimpah secara maksimal pada titik sama (noda). Ekotom (batas) antara asosiasi yang berdekatan adalah sempit, dengan sangat sedikit adanya tumpang tindih pada kisaran-kisaran spesies, kecuali untuk beberapa taksa umum yang didapatkan dalam banyak asosiasi. Pandangan kontinum menyebutkan bahwa tidak adanya bentuk dominan taksa tunggal, dan juga hadirnya dan kelimpahan kelompok spesies tidak berubah secara tajam sepanjang gradien lingkungan, oleh karena itu noda-noda tidak diketemukan.

2.2  KONSEP-KONSEP DASAR KOMUNITAS (VEGETASI)
Disini komunitas tumbuhan yang besar dibagi kedalam bagian-bagian yang lebih kecil dengan dasar komposisi dan dominasi spesies. Klasifikasi seperti ini memerlukan pengetahuan isi spesies dalam komunitas itu frekuensinya, dominasinya dan lamanya spesies itu berada (fideling/kesetiaan). Komunitas diberi nama dengan spesies yang dominan atau yang memperlihatkan frekuensi tinggi misalnya: Betula-Rhododendron-Magnolia assosiasi, Kruing-Kamper-Meranti-Jati.
Clements mengakui adanya dinamika komunitas alam dan ia mengembangkan klasifikasi floristik yang menekankan pada suksesi, dominasi, konstansi diagnose spesies. Menurut Clements vegetasi dapat dianalisa kedalam unit klas-klas berikut dalam urutan yang turun.
1.    Formasi


Menurut Clements unit vegetasi terbesar adalah formasi tumbuhan. Formasi tumbuhan merupakan unit vegetasi yang besar di suatu wilayah yang ditunjukkan oleh beberapa bentuk pertumbuhan yang dominan, misalnya hutan ditunjukkan dengan pohon-pohon. Formasi tumbuhan merupakan hasil makroklimat dan ini dikendalikan dan ditentukan batasnya oleh iklim saja. Dengan lain perkataan formasi tumbuhan terjadi dalam suatu kesatuan iklim dan alam.
Whittaker berpendapat bahwa formasi tumbuhan tidak tegas dan nyata bahwa unit vegetasi ditentukan hanya oleh iklim, tetapi merupakan pengelompokkan komunitas secara abstrak dengan fisiognomi dan saling berhubungan dengan lingkungan.
2.    Assosiasi

Setiap formasi klimaks, berisikan dua atau lebih pembagian yang lebih kecil yang dikatakan sebagai assosiasi yang ditandai oleh lebih dari satu spesies yang dominan dan khas. Jadi assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi ini merupakan klimaks sub iklim dalam formasi umum. Setiap assosiasi ekologinya dan komposisi floristik umumnya. Sekarang konsep assosiasi ini sudah tidak dipakai lagi dan menempatkan komunitas kontinum yang populer.
Vegetasi itu terus menerus (kontinyu) walaupun berbeda dari tempat yang satu ke tempat yang lain ia tidak dapat dikategorikan kedalam unit-unit yang memilih tempat. Dalam tingkat penggantian (proses penggantian), Whittaker (1951, 1956) mengatakan bahwa assosiasi bukan komunitas alam yang nyata (konkrit).
3.    Ekoton

Komunitas tidak hanya mempunyai kesatuan fungsional tertentu dengan struktur trofik dan arus energi khas saja, tetapi juga merupakan kesatuan yang di dalamnya terdapat peluang bagi jenis tertentu untuk dapat hidup dan berdampingan. walaupun demikian tetap masih ada kompetisi diantaranya, sehingga akan ditemukan populasi tertentu berperan sebagai dominansi suatu komunitas. Populasi yang mendominasi tersebut terutama adalah populasi yang dapat mengendalikan sebagian besar arus energi dan kuat sekali mempengaruhi lingkungan pada semua jenis yang ada di dalam komunitas yang sama.
Ekotone adalah peralihan antara dua atau lebih komunitas yang berbeda. Daerah ini adalah daerah pertemuan yang dapat berbentuk bentangan luas tetapi masih lebih sempit/kecil jumlah populasinya dari komunitas sekitamya. Komunitas ekotone biasanya banyak mengandung organisme dari masing-masing komunitas yang saling tumpang tindih, dan sebagai tambahan, ataupun sebagai organisme yang khas tidak terdapat pada masing-masing komunitas pendampingnya.
Seringkali terdapat kecenderungan jumlah jenis dan kepadatan organisme di wilayah ekotone lebih besar daripada komunitas sekitarnya Kecenderungan ini akhirnya akan meningkatkan keanekaragaman dan kepadatan wilayah ekotone dibanding komunitas pendampingnya. keadaan ini dikenal sebagai pengaruh tepi.
2.3.INTERAKSI DALAM KOMUNITAS

A.    Interaksi Antar Organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
1.    Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
2.    Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
3.    Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.
4.    Komensalisme
Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
5.    Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

B.     Interaksi Antar populasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.


C.    Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antar komunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.
D.    Interaksi Antara Komponen Biotik dengan Abiotik

Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
2.4    KARAKTERISTIK KOMUNITAS TUMBUHAN
Seperti halnya populasi, dalam mempelajari komunitas ada beberapa parameter yang dapat di ukur. Ada parameter komunitas yang bersifat kuantitatif, seperti kekayaan spesies, keaneragaman spesies, dan kelimpahan. Ada juga yang bersifat kualitatif, misalnya tingkatan trofik, bentuk, dan karakter hidup.
2.4.1   KEANEKARAGAMAN
Keaneragaman spesies menggambarkan jumlah total individu yang ada. Semakin banyak jumlah spesies dengan proporsi yang seimbang menunjukkan keaneragaman yang semakin tinggi.
1.      Kelimpahan Relatif
Kelimpahan relatif dihitung dengan membandingkan kelimpahan individu satu spesies terhadap jumlah kelimpahan total individu tersebut dalam komunitas.
2.      Struktur Trofik
Struktur trofik ditentukan berdasarkan posisi spesies dalam piramida makanan. Struktur trofik ini ditentukan berdasarkan jenis makanan suatu spesies. Hubungan ini menggambarkan aliran energi dari satu spesies ke spesies lain.
3.      Bentuk  dan Karakter Hidup
Bentuk hidup pada tumbuhan dapat di klasifikasika dalam kelompok semak, perdu, dan pohoon. Ciri lain yang penting dalam menggambarkan vegetasi tumbuhan adalah karakter tumbuhan yang dominan, misalnya tumbuhan gugur daun, tumbuhan evergreen, dan sebagainya.
2.4.2   STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI

A.      Struktur Komunitas
Adalah suatu deskripsi atau pertelaan tentang masyarakat tumbuhan yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi lingkungan dan distribusi nutrien di habitatnya. Suatu pertelaan atau deskripsi tumbuhan berdasarkan bentuk luar, stratifikasi vertikal dan sebaran secara horizontal bentuk hidup, dan ukuran/besar tumbuhan yang ada pada suatu saat.
Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri   dari sekelompok tumbuh-­tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya.
Menurut Kershaw (1973) dalam Irwanto (2006), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
1.  Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan lapisan tumbuhan bawah, herba, semak, dan pohon penyusun vegetasi dalam suatu komunitas.
2.  Sebaran horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
3.  Kemelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
Ewusie (1992) dalam Mayor (1997), menyatakan bahwa vegetasi suatu komunitas dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Ciri kualitatif yang terpenting pada komunitas antara lain adalah susunan flora dan fauna serta pelapisan berbagai unsur dalam komunitas. Ciri kuantitatifnya meliputi beberapa parameter yang dapat diukur seperti kekerapan (frekuensi), kepadatan dan penutupan.Mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan pembuatan petak-petak pengamatan ataupun metode tanpa petak. Petak­-petak pengamatan sifatnya permanen atau sementara. Petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur.
Pelapisan berbagai unsur dalam komunitas, akan mudah dianalisis apabila telah dilakukan suatu pemilahan antar tingkat vegetasi. Berdasarkan hal tersebut maka Wyatt-Smith (1963) dalam Soerianegara (1976) dalam Alhamid (1988), membedakan lapisan masyarakat tumbuhan dalam tingkat permudaan hingga pohon sebagai berikut:
a.    Pancang atau sapihan (sapling)
Permudaan yang tingginya 1,5 m atau lebih sampai pohon-pohon muda yang berdiameter kurang dari 10 cm.
b.    Tiang (pole)
Pohon muda yang berdiameter antara 10 – 35 cm.
c.    Pohon (tree)
Tumbuhan dewasa dengan diameter lebih dari 35 cm.
B.  Komposisi vegetasi

Adalah daftar jenis-jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas di suatu daerah. Data flora/vegetasi tersebut dinamakan data floristik. Data floristik berguna untuk mengetahui: keanekaragaman jenis; struktur setiap unit vegetasi; pengelompokan secara kuantitatif seperti spesies dominan, frekuensi dan daya adaptasi yang luas; tahap suksesi; jenis-jenis yang jarang (dapat digunakan sbg indikator habitat); kondisi habitat/lingkungan.
Caranya membuat daftar nama semua jenis tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut dan menentukan kerapatan individu/tiap jenis tumbuhan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas di suatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi di permukaan bumi menunjukkan pola diskontinyu. Seringkali suatu komunitas bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain. Karena tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik di suatu habitat berlainan maka  perubahan  di suatu habitat cenderung mengakibatkan perubahan komposisi komunitas. Rentetan komunitas yang memperlihatkan pergantian gradual dalam suatu komposisi disebut continuum. Terdapat dua pandangan komposisi komunitas yang berlawanan:
1. Pandangan organisme
2. Pandangan individualisme
Pandangan organisme dikembangkan oleh Clements (1916). Menurut pandangan ini komunitas dianggap sebagai “Organisme super” yang merupakan stadium tertinggi per-kembangan organisasi organisme yang dari sel ke jaringan, organ, spesies, populasi dan komunitas. Komunitas dianggap organisme super karena tumbuhm beraturan dan di bawah keadaan tertentu dapat melakukan reproduksi dan secara fungsional memperlihatkan tingkatan yang lebih tinggi daripada vegetasi/binatang atau individu yang membentuknya.
Sedangkan pandangan individualisme  dikembangkan oleh H.A. Gleason (1926) yang disokong oleh Whittaker (1951, 1952, 1956), Curtis (1958) dan Mc Intosh (1959). Pandangan ini pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak perlu mencapai suatu komposisi yang seharusnya atau dalam keadaan stabil. Disini spesies merupakan bagian unit essensial karena hanya spesies dan bukannya komunitas yang dipengaruhi dalam antar hubungan dan distribusi. Spesies langsung tanggap terhadap kondisi lingkungan secara independen, tidak menghadapinya bersama-sama. Dalam pendekatan ini komposisi komunitas dianggap variabel yang kontinyu.
2.4.3        PARAMATER YANG DAPAT DI UKUR DALAM KOMUNITAS VEGETASI
Berbagai karakter tumbuhan dapat diukur, biasanya parameter vegetasi yang umum diukur adalah densitas (kerapatan), dominansi, dan frekuensi (kekerapan), Indeks Nilai Penting (INP). Densitas, dominan, frekuensi, dan INP dapat diperoleh dengan berbagai cara metode sampling. Parameter vegetasi tersebut dapat diukur secara kuantitatif sebagai berikut:

1.     Densitas
Densitas (kerapatan) adalah jumlah cacah individu suatu spesies per satuan luas. Luas tersebut dapat dalam meter persegi (m2) atau hektar (Ha = 10.000 m2).

Densitas seluruh spesies = Jumlah cacah individu seluruh spesies
                                                                           Luas area cuplikan

Luas area cuplikan adalah jumlah plot dan luas plot yang diteliti. Misalnya jumlah plot yang diteliti 10 buah, dengan luas masing-masing 10 m x 10 m = 100 m2, jadi luas total seluruh area yang dicuplik adalah 10 m x 100 m = 1.000 m2. Misalnya ditemukan total cacah individu spesies A pada seluruh plot yang dikaji (10 plot) =     354     = 3, 45   m2
                                                                                                            1.000
Perhitungan di atas adalah perhitungan densitas absolut atau disebut juga densitas aktual. Untuk tujuan tertentu akan sangat berguna bila konstribusi cacah individu dari satu spesies diekspresikan sebagai hubungan antara cacah individu suatu spesies dengan total cacah individu seluruh spesies yang akan ditemukan di dalam seluruh plot yang dikaji. Ini disebut sebagai densitas relatif.

Densitas relatif spesies A =     Total cacah individu spesies A     x 100 %
                                                           Jumlah total cacah individu seluruh spesies

2.    Frekuensi
Frekuensi adalah pengukuran distribusi atau agihan spesies yang ditemukan pada plot yang dikaji. Frekuensi menjawab pertanyaan pada plot mana saja spesies tersebut ditemukan atau berapa kali munculnya suatu spesies pada plot yang diteliti. Frekuensi diekspresikan sebagai presentase munculnya cacah plot tempat suatu spesies ditemukan.

Frekuensi spesies A =  Jumlah plot terdapatnya spesies A     x 100 %
                                                Jumlah seluruh plot yang dicuplik

Misalnya spesies A dalam 10 plot yang diteliti ditemukan 2 kali atau muncul 2 kali,
jadi frekuensi spesies A =  2 x 100 % = 20%
10
Frekuensi dapat dinyatakan dalam pecahan atau dalam persen. Frekuensi dapat juga diekspresikan dengan istilah relatif.

Frekuensi relatif spesies A =  Total frekuensi spesies A     x 100 %
                                                           Jumlah total frekuensi seluruh spesies


3.    Dominansi
Dominansi suatu spesies dapat ditentukan dengan mengukur basal area pohon atau penutup (coverage) pohon atau herba. Luas basal area suatu jenis pohon dapat diperoleh dari diameter pohon setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Bila pohonnya mempunyai akar banir maka diameter pohon diukur langsung di atas banirnya. Penutup pohon atau herba adalah luas proyeksi tajuk atau kanopi pohon atau herba. Penentuannya hampir mirip dengan penentuan densitas, satuannya adalah cm2 atau m2. Misalnya luas total basal area atau nilai penutup spesies A adalah 1.250 dari plot yang diteliti. Masing-masing plot luasnya 100. jadi total luas area cuplikan 10 x 100 = 1.000.

Jadi dominansinya = 1.250 cm2 = 1.250 m2
 1.0 m2

4.    Indeks Nilai Penting (INP)
Merupakan penjumlahan nilai relatif dari frekuensi kerapatan dan dominansi suatu jenis. INP sering dipakai karena memudahkan dalam interprestasi hasil analisis vegetasi.

















BAB III
PENUTUP

1.    komunitas secara umum sendiri adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang saling berinteraksi dan tinggal di suatu habitat.
2.    Ada dua pandangan tentang komunitas tumbuhan yang saling bertentangan yang sering dijumpai.
a)    Kelompok sarjana yang berpandangan bahwa komunitas tumbuhan adalah unit-unit dengan karakteristik sosiologi.
b)   Kelompok kedua berpandangan bahwa tumbuhan secara individual adalah sebagai satu-satunya unit yang nyata di alam.
3.    Menurut Clement komunitas dibagi dalam beberapa klas yaitu :
a)    Formasi tumbuhan merupakan unit vegetasi yang besar di suatu wilayah yang ditunjukkan oleh beberapa bentuk pertumbuhan yang dominan.
b)   assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi ini merupakan klimaks sub iklim dalam formasi umum.
c)    Ekotone adalah peralihan antara dua atau lebih komunitas yang berbeda.
4.    Interaksi dalam komunitas meliputi 4  interaksi yaitu :
a)    Interaksi antar organisme
b)   Interaksi antar populasi
c)    Interaksi antar komunitas
d)   Interaksi antar komponen biotik dan abiotik
5.    Keaneragaman spesies menggambarkan jumlah total individu yang ada. Semakin banyak jumlah spesies dengan proporsi yang seimbang menunjukkan keaneragaman yang semakin tinggi.
6.    Struktur komunitas adalah suatu deskripsi atau pertelaan tentang masyarakat tumbuhan yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi lingkungan dan distribusi nutrien di habitatnya.
7.    Komposisi vegetasi adalah daftar jenis-jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas di suatu daerah.
8.    Terdapat dua pandangan komposisi komunitas yang berlawanan: Pandangan organisme dan Pandangan individualisme.
9.    Parameter vegetasi yang umum diukur dengan densitas (kerapatan), dominansi, dan frekuensi (kekerapan), Indeks Nilai Penting (INP).





















DAFTAR PUSTAKA

1.    Setyo I Amin.eksono,M.S1.,ph.D.2007.Ekologi Pendekatan Deskriptif    Kuantitatif.Bayu Media Publishing : Malang
2.    Odum, Eugene P. 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ke 3.Gajah Mada Universty Press : Yogyakarta.
3.    Anonymous 2011. file:///D:/PAK%20HUSAMAH/analisis-vegetasi-komunitas-tumbuhan.html (diakses 31 oktober 2011)
6.    Anonymous 2009, http://perikananunila.files.wordpress.com/2009/07/ekofisio-2.jpg?w=136&h=109 (diakses 31 oktober 2011)
8.    Anonymous 2011, http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan%203.html (diakses 31 oktober 2011)
9.    Anonymous 2011, file:///D:/PAK%20HUSAMAH/komunitas-ekologi-tumbuhan.html (diakses 31 oktober 2011)





0 komentar:

Posting Komentar

TV Streaming

tutorial blogger Indonesia

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review