TEORI EVOLUSI BIOLOGIS TIDAK MENGINGKARI TUHAN DALAM PENCIPTAAN MAKHLUK – MAKHLUK DAN TIDAK MENENTANG AGAMA (ISLAM)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian
orang yang pernah mendengar”teori evolusi” atau “ dawinisme” munkin beranggapan
bahwa konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi dan
berpengaruh sedikitpun terhadap kehidupn sehari-hari. Anggapa ni sangat keliru
sebab teori ini ternyata lebih dari sekedar konsep biologi. Teori evolusi telah
menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia.
Sejak
dipopulerkan oleh Darwin satu setengah abad yang lalu, konsep evolusi telah
berkembang menjadi konsep yang kompleks. Sebagai salah satu pemikiran yang
paling mengguncang dunia, gagasan tentang evolusi mendapat tantangan hebat, di
samping penganut yang kuat. Namun bagaimanapun juga, pemahaman yang benar
mengenai apa yang dimaksud dengan evolusi, dan beberapa istilah serta konsep
yang terkait, perlu sekali dimiliki oleh siapa saja sebelum ia memutuskan untuk
mengikuti atau menentangnya.
Dalam
konteks biologi, evolusi dimaksudkan sebagai evolusi makhluk hidup, evolusi
biologis, atau evolusi organik untuk menyatakan bahwa yang mengalami perubahan
itu adalah makhluk hidup. Jadi, pada intinya dalam kata evolusi terkandung
makna proses perubahan. Dengan demikian, evolusi adalah peristiwa atau
kejadian.
Apakah
kejadian atau peristiwa itu memang benar-benar terjadi? Untuk itu diperlukan
bukti. Begitu pula dengan evolusi. Jika evolusi (proses perubahan) itu memang terjadi,
apa buktinya? Dikemukakanlah bukti-bukti evolusi yang pada dasarnya ingin
menunjukkan bahwa perubahan itu memang benar-benar terjadi.
Peristiwa
evolusi tidak dapat diamati secara langsung. Apa yang dikatakan sebagai bukti
evolusi selama ini sebenarnya hanyalah bukti inferensian. Dalam hal ini, ada
sejumlah gejala atau fakta dianggap dapat membuktikan adanya evolusi karena
hanya dapat dijelaskan dengan memuaskan berdasarkan konsep evolusi. Sudah
barang tentu pembuktian seperti itu bersifat tentatif. Suatu penjelasan untuk
sementara dianggap benar selama belum ada penjelasan lain yang lebih mampu
menjelaskan suatu gejala secara lebih memuaskan.
Evolusi merupakn kata yang umum yang dipakai orang untuk
menunjukkan adanya suatu perubahan, perkembangan atau pertumbuhan secara
berangsur – angsur. Perubahan tersebut dapat terjadi karena pengaruh alam
ataupun rekayasa manusia. Penggunanan lebih lanjut istilah evolusi akhirnya
keberbagai hal atau bidang. Binatang – binatang dan planet – planet, ternasuk
bumi kita senantiasa mengalami evolusi. Tingkah laku manusia, arsitektur
bangunan, mode busana, bahkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni juga
mengalami perubahan atau evolusi.
Diluar pendekatan agama, bila kita simpulkan ada tiga teori tentang
sejarah kehidupan. 1.Teori penciptaan terpisah. Mengatakan bahwa spesies tidak
berubah dan ada banyak asal mula spesies sebanyak spesiesnya. 2. Transformisme.
Mengatakan bahwa spesies berubah, tetapi ada beberapa asal mula kehidupan, dan
3. Evolusi. Mengatakan bahwa spesies berubah dan pecah menjadi lebih dari satu
spesies, dan spesies yang kita kenal sekarang adalah keturunan satu nenek
moyang tunggal.
Ada tiga macam bukti untuk menguji ketiga teori diatas. Pertama,
adalah pengamatan evolusi dalam skala kecil. Kedua, argument klasifikasi, yang
membicarakan pola – pola tertentu dari diversitas kehidupan, dan Ketiga, adalah
bukti fosil.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan teori evolusi ?
2.
Teori apa saja yang mencakup tentang asal-usul makhluk hidup di
bumi ?
3.
Bagaimana hipotesis evolusi kehidupan
menurut pandangan dari segi agama ?
4.
Bagaimana asal usul manusia dan nenek
moyang kita ?
5.
Bagaimana sinergitas antara teori
darwinisme dengan penciptaan manusia di bumi ini dan asal usul manusia menurut
pandangan agama?
6.
Bagaiman perpaduan antara pandangan
ilmiah baru dan pandangan agama tentang manusia pertama
7.
Bagaimana keselarasan antara pendekatan
sains, agama dan filsafat terkait penciptaan manusia
1.3 Tujuan
1.
Dapat
mengetahui maksud dari teori evolusi
2.
Dapat
mengetahui cakupan tentang asal-usul makhluk hidup di bumi
3.
Dapat mengetahui hipotesis evolusi kehidupan
menurut pandangan
agama
4.
Dapat
mengetahui asal-usul manusia dan nenek moyang manusia
5.
Dapat
mengetahui sinergitas antara teori
darwinisme dengan penciptaan manusia di bumi ini dan asal usul manusia menurut
pandangan agama
6.
Dapat
mengetahui perpaduan antara pandangan ilmiah baru dan
pandangan agama tentang manusia pertama
7.
Mengetahui keselarasan antara pendekatan
sains, agama dan filsafat terkait penciptaan manusia
1.4 Manfaat
Setelah membaca makalah ini kita dapat mengetahui kebenaran yang sesungguhnya apakah evolusi ini menentang agama
atau tidak.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Teori
Evolusi
Evolusi secara sederhana didefinisikan
sebagai perubahan pada sifat-sifat atau frekuensi gen suatu populasi organisme
dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Walaupun demikian, definisi
"evolusi" juga sering kali ditambahkan dengan klaim-klaim berikut
ini:
1. Perbedaan pada
komposisi sifat-sifat antara populasi-polulasi yang terisolasi selama beberapa
generasi dapat mengakibatkan munculnya spesies baru.
Evolusi merupakan fakta dalam artian ia mempunyai bukti-bukti
yang sangat banyak. Sering kali, evolusi dikatakan sebagai fakta dalam artian
yang sama kita mengatakan perputaran bumi mengelilingi matahari juga merupakan
sebuah fakta.
Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan
pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga
proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar
evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan
menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh
dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada
spesies yang bereproduksi secara
seksual, kombinasi gen yang baru juga
dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi
terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau
langka dalam suatu populasi.
2.2
Teori
Tentang Asal Mula Makhluk Hidup di Bumi
Kapan
dimana dan dengan cara bagaimana kehidupan di bumi ini berawal? adalah
pertanyaan yang terus menggoda para ilmuwan. Berbagai teori asal-usul kehidupan
telah disusun oleh para pakar tetapi belum ada satupun teori yang diterima
secara memuaskan oleh semua pihak.
a. Teori Generatio Spontanea
Disebut juga teori Abiogenesis pelopornya
seorang ahli filsafat zaman Yunani Kuno Aristoteles (384-322 SM) yang
berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi begitu saja pendapat ini masih terus
bertahan sampai abad kc 17 -18 Anthony van Leenwenhoek (abad ke 18) berhasil
membuat mikroskop dan melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman jerami
penemuan Leeuwenhoek (salah seorang penganut teori abiogenesis) memperkuat
teori generatio spontanea teori terbukti makhluk hidup berasal dari benda mati
(jasad renik berasal dari air bekas rendaman jerami).
Beberapa ahli berusaha mengadakan
penelitian untuk menyangkal teori generatio spontanea antara lain Franscesco
Redi, Spallanzani dan Louis Pasteur.
Percobaan Redi dan Spallanzani masih belum
dapat menumbangkan teori generatio spontanea karena menurut pendapat para
pendukung teori tersebut bahwa untuk dapat timbul kehidupan secara spontan dari
benda mati diperlukan gaya hidup dan gaya hidup pada percobaan Spallanzani dan
Redi tidak dapat melakukan fungsinya karena stoples dan labu percobaan
tersumbat rapat-rapat.
Pasteur mencoba memperbaiki percobaan
Spallanzani dengan menggunakan tabung kaca berbentuk leher angsa atau huruf S
untuk menutup labu walaupun labu tersumbat udara sebagai “sumber gaya hidup”
dapat masuk ke dalam labu. Dengan percobaan ini Pasteur berhasil menumbangkan
teori generatio spontanea.
b.
Evolusi Kimia
Menerangkan
bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai dari
bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer primitif
dengan energi halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks.
Stanley
Miller mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba di dalam skala
laboratorium. Ia merancang alat yang seperti terlihat dalam gambar di bawah
ini.
Miller memasukkan gas H2, CH4 (metan), NH3 (amonia) dan air
ke dalam alat. Air dipanasi sehingga uap air bercampur dengan gas-gas tadi.
Sebagai sumber energi yang bertindak sebagai “halilintar” agar gas-gas dan uap
air bereaksi, digunakan lecutan aliran listrik tegangan tinggi. Ternyata timbul
reaksi, terbentuk senyawa-senyawa organik seperti asam amino, adenin dan gula
sederhana seperti ribosa.
Hasil percobaan di atas memberi petunjuk bahwa satuan-satuan
kompleks di dalam sistem kehidupam seperti lipid, gula, asam amino, nukleotida
dapat terbentuk di bawah kondisi abiotik. Yang menjadi masalah utama adalah
belum dapat terjawabnya bagaimana mekanisme peralihan dari senyawa kompleks
menjadi makhluk hidup yang paling sederhana.
c.
Evolusi Biologi
Alexander Oparin mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi
akan timbul reaksi-reaksi yang menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi
dari radiasi sinar ultra violet. Senyawa organik tersebut merupakan “soppurba”
tempat kehidupan dapat muncul. Senyawa organik akhirnya akan membentuk timbunan
gumpalan (koaservat). Timbunan gumpalan (koaservat) yang kaya akan bahan-bahan
organik membentuk timbunan jajaran molekul lipid sepanjang perbatasan koaservat
dengan media luar yang dianggap sebagai “selaput sel primitif” yang memberi
stabilitas pada koaservat.
Meskipun begitu Oparin tetap berpendapat amatlah sulit untuk
nantinya koaservat yang sudah terbungkus dengan selaput sel primitif tadi akan
dapat menghasilkan “organisme heterotrofik” yang dapat mereplikasikan dirinya
dan mengambil nutrisi dari “sop purba” yang kaya akan bahan-bahan organik dan
menjelaskan mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein sebagai benda
tak hidup ke benda hidup.
Teori evolusi kimia telah teruji melalui eksperimen di
laboratoriurn, sedang teori evolusi biologi belum ada yang menguji secara
eksperimental. Walaupun yang dikemukakan dalam teori itu benar, tetap saja
belum dapat menjelaskan tentang dari mana dan dengan cara bagaimana kehidupan
itu muncul, karena kehidupan tidak sekadar menyangkut kemampuan replikasi diri
sel. Kehidupan lebih dari itu tidak hanya kehidupan biologis, tetapi juga
kehidupan rohani yang meliputi moral, etika, estetika dan inteligensia.
Di samping
teori di atas, masih ada lagi beberapa teori tentang asal usul kehidupan.
Beberapa teori yang dikembangkan ilmuan antara lain :
1.
Teori kreasi
khas, yang menyatakan bahwa
kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat yang istimewa. Penciptaan adalah kepercayaan bahwa
manusia, kehidupan, bumi, dan seluruh jagad raya mempunyai asal-usul
secara ajaib yang dihasilkan oleh campur tangan adikodrati suatu keberadaan
yang maha tinggi yang disebut Tuhan.
2.
Teori kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada
di planet ini berasal dari mana saja.
3.
Teori evolusi
biokimia, yang menyatakan
bahwa kehidupan ini muncul berdasarkan hukum fisika, kimia, dan biologi.
4.
Teori keadaan
mantap, menyatakan bahwa
kehidupan tidak berasal usul.
Beberapa
ilmuan yang membuktikan teori evolusi kimia antara lain Harold Urey, Stanley Miller, dan Alexander Oparin :
1. Teori Harold Urey, menurutnya zat hidup yang pertama kali
mempunyai susunan menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut mengalami
perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Urey berpendapat bahwa kehidupan terjadi pertamakali
di udara (atmosfer). Pada saat tertentu dalam sejarah perkembangan terbentuk
atmosfer yang kaya akan molekul- molekul CH4, NH3, H2, H2O. karena adanya
loncatan listrik akibat halilintar dan sinar kosmik terjadi asam amino yang
memungkinkan terjadi kehidupan.
2. Eksperimen Stanley miller, Stanley Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal usul
kehidupan. Dia melakukan percobaan untuk menguji hipotesis Harold Urey. Dari hasil eksperimennya Miller dapat memberikan petunjuk bahwa satuan-satuan
kompleks di dalam system kehidupan seperti lipida, karbohidrat, asam amino,
protein, nukleotida dan lain-lain dapat terbentuk dalam kondisi abiotik.
3. Teori Evolusi Biologi Oparin, dia berpendapat bahwa kehidupan pertama terjadi
di cekungan pantai dengan bahan-bahan timbunan senyawa organic dari lautan.
Timbunan senyawa organic ini disebut sop purba atau sop primordial.
2.3
Evolusi
Kehidupan Menurut Pandangan Agama
Pada umumnya berbagai hipotesis mengenai
asal-usul kehidupan tergolong dalam salah satu empat hipotesis, yaitu:
- Asal-usul kehidupan
adalah hasil mukjizat yang selalu diluar jangkauan fisikan dan kimia.
- Kehidupan yang
sederhana, muncul secara tiba-tiba dari benda matidalam jangka waktuyang sangat
singkat sejak dulu sampai sekarang.
- Kehidupan itu muncul
bersamaan dengan adanya zat dan tidak mempunyai asal penciptaan. Kehidupan
datang ke bumi bersamaan dengan terciptanya bumi ini, atau beberapa waktu lama
setelah bumi tercipta, sebagai jasad renik yang didorong masuk dari planet lain
atau tatasurya lain.
-
Kehidupan di dunia muncul melalui serangkaian reaksi
kimia yang mengalami perbaikan dan kemajuan. Dari molekul-milekul anorganik
dengan melalui berbagai reaksi tertantu yang pada keadaan sekarang hamper
mustahil dapat berlangsung, terjadilah molekul-molekul organic yang dapat
memperbanyak diri.
Di zaman ini, sejumlah kalangan berpandangan
bahwa teori evolusi yang dirumuskan oleh Charles Darwin tidaklah bertentangan
dengan agama. Ada juga yang sebenarnya tidak meyakini teori evolusi tersebut
akan tetapi masih juga ikut andil dalam mengajarkan dan menyebarluaskannya. Hal
ini tidak akan terjadi seandainya mereka benar-benar memahami teori tersebut.
Ini adalah akibat ketidakmampuan dalam memahami dogma utama Darwinisme,
termasuk pandangan paling berbahaya dari teori tersebut yang diindoktrinasikan
kepada masyarakat. Oleh karenanya, bagi mereka yang beriman akan adanya Allah
sebagai satu-satunya Pencipta makhluk hidup, namun pada saat yang sama
berpandangan bahwa "Allah menciptakan beragam makhluk hidup melalui proses
evolusi," hendaklah mempelajari kembali dogma dasar teori tersebut. Tulisan
ini ditujukan kepada mereka yang mengaku beriman akan tetapi salah dalam
memahami teori evolusi. Di sini diuraikan sejumlah penjelasan ilmiah dan logis
yang penting yang menunjukkan mengapa teori evolusi tidak sesuai dengan Islam
dan fakta adanya penciptaan.
Berbagai keberatan terhadap evolusi telah dicetuskan
berulang-ulang sejak munculnya pemikiran-pemikiran evolusi pada awal abad ke-19
adalah kepercayaan bahwa alam semesta
(termasuk umat manusia dan semua makhluk yang lain) tidak hanya yang diciptakan
oleh Allah, tetapi juga dijalankan oleh Allah dalam setiap waktu, sebagaimana
dijelaskan Allah dalam ayat berikut:
‘Berkata Firaun,
‘Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?’ Musa berkata, ‘Tuhan kami ialah
(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya,
kemudian memberinya petunjuk.’’ (Thaha: 49-50)
Inilah
teori penciptaan dalam Islam. Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia
mengendalikan alam semesta menurut kehendak-Nya sesuai fungsi dan peran yang
spesifik.
Dalam teori penciptaan dalam Islam, Allah menentukan peran
bagi Hawa, seorang perempuan diciptakan dari laki-laki, yang ditugaskan di
Al-Qur’an dengan ayat-ayat berikut :
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
(ar-Rum: 21).
Menurut teori penciptaan dalam Islam, seperti yang telah
dinyatakan, peran Tuhan lebih dari dari sekedar menciptakan manusia. Dalam
menjawab pertanyaan berikut ini yang disebut secara berturut-turut di salah
satu dari surat, kita dapat mendefinisikan peran rahmat-Nya:
“Kami
telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari
berbangkit)?”(al-Waqi’ah: 57).
“Maka
terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang
menciptakannya, atau Kami kah yang menciptakannya?’ (al-Waqi’ah: 58-59).
“Bahkan
kami menjadi orang yang tidak mendapat hasil apa-apa. Maka terangkanlah
kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan
ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia
asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?’ (Waqi’ah: 67-70)
“Maka
terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dari gosokan-gosokan
kayu). Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kami-kah yang menjadikannya?’
(Waqi’ah: 71-72)
Menurut
ayat-ayat tersebut, teori penciptaan dalam Islam mencakup :
·
Allah
menentukan desain fitur-fitur manusia dalam air sperma yang dipancarkan manusia
dengan DNA yang spesifik, peta genetika atau jumlah chromosom bersama antara
pasangan perkawinan, laki-laki dan perempuan.
·
Allah
menjaga sumber kelangsungan kehidupan makhluk-Nya. Karena itu, Allah mengatur
kerajaan tumbuhan sebagai makhluk otonom yang menyediakan makanan yang
diperlukan untuk kerajaan manusia.
·
Dia
mengatur siklus untuk menghasilkan air tawar untuk minuman manusia dan
pengairan tanaman yang mereka makan.
·
Allah
mengelola pasokan energi untuk makhluk-Nya demgam proses fotosintesis yang
ajaib, yang menyimpan energi dari matahari menjadi buah yang dapat dimakan.
‘Sesungguhnya
Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami
katakan kepada para malaikat: ‘Bersujudlah kamu kepada Adam’; maka mereka pun
bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.’ (al-A’raf:
11).
Jadi, Allah dalam teori Penciptaan dalam Islam tidak hanya
membuat badan kita hidup, tetapi ia juga membentuk rupa kita agar terlihat
seperti rupa manusia. Jadi, Allah memiliki nama lain dalam Al-Qur’an selain
al-Khaliq (Pencipta), yaitu al-Mushawwir (Yang membentuk rupa).
Allah berfirman, ‘Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik.
Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.’ (al-Hasyr: 24).
2.4
Asal
Usul Manusia dan Nenek Moyang
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan,
atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di
mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya
dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup;
dalam mitos, mereka juga seringkali
dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologikebudayaan,
mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka
dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya,
dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang
paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entahlaki-laki atau perempuan.
Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan
laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan
dikenal sebagai putri dan
perempuan dewasa sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah
berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil
balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.
Selain itu masih banyak
penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna
kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama
(penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ),
hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri,
keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
2.4.1
Asal-Usul Manusia menurut Teori Evolusi Biologis
Evolusi adalah perubahan genotip pada suatu populasi yang
berlangsung secara perlahan-lahan dan memerlukan waktu yang sangat panjang.
a.
Teori evolusi menurut Jean Lamarck
- Evolusi organik terjadi karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungannya dapat diturunkan.
- Organ yang mengalami perubahan karena terus menerus dipakai akan berkembang makin sempurna dan organ yang tidak diperlukan lagi lama kelamaan perkembangannya menurun dan akhirnya rudiment atau atrofi.
b.
Teori evolusi menurut Charles Darwin
- Spesies yang ada sekarang adalah keturunan dari spesies-spesies sebelumnya.
- Seleksi alam sangat menentukan berlangsungnya mekanisme evolusi.
Seleksi alam merupakan gagasan murni dari
Darwin. Sementara teori pertama di atas telah ada sejak jama Yunani kuno, hanya
saja Darwin menjelaskannya secara lebih tajam dan detil.
Ciri-ciri proses evolusi
1.
Evolusi adalah perubahan dalam satu populasi BUKAN perubahan individu.
2.
Perubahan yang terjadi hanya frekuensi gen-gen tertentu, sedangkan sebagian
besar sifat gen tidak berubah.
3.
Evolusi memerlukan penyimpangan genetik sebagai bahan mentahnya. Dengan kata
lain harus ada perubahan genetik dalam evolusi.
4. Dalam
evolusi perubahan diarahkan oleh lingkungan, harus ada faktor pengarah sehingga
evolusi adalah perubahan yang selektif.
Faktor perubahan
1. Mutasi gen maupun mutasi kromosom menghasilkan
bahan mentah untuk evolusi. Tetapi Darwin sendiri sebenarnya tidak mengenal
mutasi ini, sementara mutasi merupakan peristiwa yang sangat penting yang
mendukung keabsahan teori Darwin.
2. Rekombinasi perubahan yang dikenal Darwin.
Rekombinasi dari hasil-hasil mutasi memperlengkap bahan mentah untuk evolusi.
Faktor pengarah :
1. Dalam setiap species terdapat banyak
penyimpangan yang menurun, karenanya dalam satu species tidak ada dua individu
yang tepat sama dalam susunan genetiknya (pada saudara kembar misalnya, susunan
genetiknya tetap tidak sama).
2. Pada umumnya proses reproduksi menghasilkan
jumlah individu dalam tiap generasi lebih banyak daripada jumlah individu pada
generasi sebelumnya.
3. Penambahan individu dalam tiap species ternyata
dikendalikan hingga jumlah suatu populasi species dalam waktu yang cukup lama
tidak bertambah secara drastis.
4. Ada persaingan antara individu-individu dalam
species untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya dari lingkungannya. Persaingan
intra species ini terjadi antara individu-individu yang berbeda sifat
genetiknya. Individu yang mempunyai sifat paling sesuai dengan lingkungannya
akan memiliki viabilitas yang tinggi. Di samping viabilitas juga fertilitas
yang tinggi merupakan faktor yang penting dalam seleksi alam. Mekanisme evolusi terjadi karena adanya
variasi genetik dan seleksi alam. Variasi genetik muncul akibat : mutasi
dan rekombinasi gen-gen dalam keturunan baru.
Frekuensi Gen
Pada proses evolusi terjadi perubahan frekuensi gen. Bila
perbandingan antara genotp-genotp dalam satu populasi tidak berubah dari satu
generasi ke generasi, maka frekuensi gen dalam populasi tersebut dalam keadaan
seimbang. Frekuensi gen seimbang bila :
1. Tidak ada mutasi atau mutasi berjalan seimbang
(jika gen A bermutasi menjadi gen a, maka harus ada gen a yang menjadi
gen A dalam jumlah yang sama).
2. Tidak ada seleksi.
3. Tidak ada migrasi.
4. Perkawinan acak.
5. Populasi besar.
Bila frekuensi gen dalam satu populasi ada dalam keadaan seimbang
berlaku Hukum Hardy Weinberg. Apabila frekuensi gen yang satu dinyatakan
dengan p dan alelnya adalah q, maka menurut Weinberg : (p+q)=1 Bila frekuensi
gen A=p dan frekuensi gen a =1 maka frekuensi genotip : AA : Aa : aa : p^2 :
2pq : q^2
Terbentuknya spesies baru dapat terjadi karena :
1. Isolasi waktu Misalnya adalah kuda. Kuda jaman
eosen yaitu Eohippus – Mesohippus – Meryhippus – Pliohippus – Equus. Dari jaman
eosin hingga sekarang seorang ahli palaentolog menduga telah terjadi 150 ribu
kali mutasi yang menguntungkan untuk setiap gen kuda. Dengan dmikian terdapat
cukup banyak perbedaan antara nenek moyang kuda dengan kuda yang kita kenal
sekarang. Oleh sebab itu kuda-kuda tersebut dinyatakan berbeda species.
2. Isolasi geografis Burung Fringilidae yang
mungkin terbawa badai dari pantai Equador ke kepulauan Galapagos. Karena
pulas-pulau itu cukup jauh jaraknya maka perkawinan populasi satu pulau dengan
pulau lainnya sangat jarang terjadi. Akibat penumpukan mutasi yang berbeda selama
ratusan tahun menyebabkan kumpulan gen yang jauh berbeda pada tiap-tiap
pulaunya. Dengan demikian populasi burung di tiap-tiap pulau di kepulauan
Galapagos menjadi spesies yang terpisah.
3. Domestikasi Hewan ternak yang dijinakkan dari
hewan liar dan tanaman budi daya dari tumbuhan liar adalah contoh domestikasi.
Domestikasi memindahkan makhluk-makhluk tersebut dari habitat aslinya ke dalam
lingkungan yang diciptakan manusia. Hal ini mengakibatkan muncul jenis hewan
dan tumbuhan yang memiliki sifat menyimpang dari sifat aslinya.
4. Mutasi kromosom adalah peristiwa terjadinya
species baru secara cepat.
Isolasi Reproduksi
Tanda
dua populasi berbeda species bila mereka tidak dapat berhybridisasi disebut
juga bila mereka mengalami Isolasi reproduksi. Isolasi reproduksi terjadi
karena :
1. Isolasi ekologi : isolasi karena menempati
habitat yang berbeda.
2. Isolasi musim : akibat berbeda waktu pematangan
gamet.
3. Isolasi tingkah laku : akibat berbeda tingkah
laku dalam hal perkawinan.
4. Isolasi mekanik : karena bentuk morfologi alam
kelamin yang berbeda.
5. Isolasi gamet : karena gamet jantan tidak
memiliki viabilitas dalam alat reproduksi betina.
6. Terbentuknya basta mandul.
7. Terbentuk bastar mati bujang.
Bukti-bukti adanya evolusi
- Adanya variasi antara individu-individu dalam satu keturunan.
- Adanya pengaruh penyebaran geografis
- Adanya fosil-fosil di berbagai lapisan bumin yang menunjukkan perubahan secara perlahan-lahan.
- Adanya data sebagai hasil studi mengenali komperatif perkembangan embrio.
2.4.2 Asal-Usul Manusia Menurut Pandangan Islam
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah
kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian
dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya
kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai
tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian)
supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)
(Al-Mu’minun 67).
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah,
sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada
pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih
ragu-ragu (tentang berbangkit itu)
(Al-An’am 2).
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa
yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu
yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah
(Al-Hajj 5).
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
(As-Sajdah 7-9)
2.4.3
Posisi
Adam Dalam Teori Evolusi
Wacana tentang asal-usul manusia, menjadi satu hal yang menarik
untuk dikaji dan dikaji lagi lebih dalam. Dua konsep (konsep evolusi dan konsep
Adam sang manusia pertama) menimbulkan perdebatan yang tak habis-habis untuk
dibahas.
Di
satu sisi konsep evolusi menawarkan satu gagasan bahwa manusia adalah wujud
sempurna dari evolusi makhluk di bumi ini. Sedangkan konsep yang kedua
mengatakan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan Hawa.
Sedikit disinggung di atas, bahwa adanya manusia menurut
al-Qur’an adalah karena sepasang manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Disebutkan
bahwa, dua insan ini pada awalnya hidup di Surga. Namun, karena melanggar
perintah Allah maka mereka diturunkan ke bumi. Setelah diturunkan ke bumi,
sepasang manusia ini kemudian beranak-pinak, menjaga dan menjadi wakil-Nya di
dunia baru itu.
Tugas yang amat berat untuk menjadi penjaga bumi. Karena
beratnya tugas yang akan diemban manusia, maka Allah memberikan pengetahuan
tentang segala sesuatu pada manusia. Satu nilai lebih pada diri manusia, yaitu
dianugerahi pengetahuan. Manusia dengan segala kelebihannya kemudian ditetapkan
menjadi khalifah di bumi ini. Satu kebijakan Allah yang sempat ditentang oleh
Iblis dan dipertanyakan oleh para malaikat. Dan Allah berfirman: “….Hai
Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama mereka…” (al-Baqarah ayat
33). Setelah Adam menyebutkan nama-nama itu pada malaikat, akhirya Malaikatpun
tahu bahwa manusia pada hakikatnya mampu menjaga dunia.
Dari uraian ini dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluk
paling sempurna yang diciptakan Allah SWT. Dengan segala pengetahuan yang
diberikan Allah manusia memperoleh kedudukannya yang paling tinggi dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Inipun dijelaskan dalam firman Allah SWT: “…..kemudian
kami katakan kepada para Malaikat: Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka
merekapun bersujud kecuali Iblis, dia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir” (al-Baqarah ayat 34). Ini menunjukkan
bahwa manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk Allah yang lainnya,
bahkan Malaikat sekalipun.
Menjadi menarik dari sini jika legitimasi kesempurnaan ini
diterapkan pada model manusia saat ini, atau manusia-manusia pada umumnya
selain mereka para Nabi dan orang-orang maksum. Para nabi dan orang-orang
maksum menjadi pengecualian karena sudah jelas dalam diri mereka terdapat kesempurnaan
diri, dan kebaikan diri selalu menyertai mereka. Lalu, kenapa pembahasan ini
menjadi menarik ketika ditarik dalam bahasan manusia pada umumnya. Pertama,
manusia umumnya nampak lebih sering melanggar perintah Allah dan senang
sekali melakukan dosa. Kedua, jika demikian maka manusia semacam ini
jauh di bawah standar Malaikat yang selalu beribadah dan menjalankan perintah
Allah SWT, padahal dijelaskan dalam al-Qur’an Malaikatpun sujud pada manusia.
Kemudian, ketiga, bagaimanakah mempertanggungjawabkan firman Allah di
atas, yang menyebutkan bahwa manusia adalah sebaik-baiknya makhluk Allah.
Membahas sifat-sifat manusia tidaklah lengkap jika hanya
menjelaskan bagaimana sifat manusia itu, tanpa melihat gerangan apa di balik
sifat-sifat itu. Murtadha Muthahari di dalam bukunya Manusia dan Alam
Semesta sedikit menyinggung hal ini. Menurutnya fisik manusia terdiri dari
unsur mineral, tumbuhan, dan hewan. Dan hal ini juga dijelaskan di dalam firman
Allah : Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
memulai penciptaan manusia dai tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati; (tapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (as-Sajdah
ayat 7-9). Sejalan dengan Muthahari dan ayat-ayat ini, maka manusia memiliki
unsur paling lengkap dibanding dengan makhluk Allah yang lain. Selain unsur
mineral, tumbuhan, dan hewan (fisis), ternyata manusia memiliki jiwa atau ruh.
Kombinasi inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk penuh potensial.
Jika unsur-unsur ditarik garis lurus maka, ketika manusia
didominasi oleh unsur fisisnya maka dapat dikatakan bahwa ia semakin menjauhi
kehakikiannya. Dan implikasinya, manusia semakin menjauhi Allah SWT. Tipe
manusia inilah yang dalam al-Qur’an di sebut sebagai al-Basyar,
manusia jasadiyyah. Dan demikianpun sebaliknya, semakin manusia
mengarahkan keinginannya agar sejalan dengan jiwanya, maka ia akan memperoleh
tingkatan semakin tinggi. Bahkan dikatakan oleh para sufi-sufi besar, manusia
sebenarnya mampu melampaui malaikat, bahkan mampu menyatu kembali dengan sang
Khalik. Manusia seperti inilah yang disebut sebagai al-insaniyyah.
Luar biasanya manusia jika ia mampu mengelola potensinya
dengan baik. Di dalam dirinya ada bagian-bagian yang tak dimiliki malaikat,
hewan, tumbuhan, dan mineral—satu persatu. Itu karena di dalam diri manusia
unsur-unsur makhluk Allah yang lain ada. Tidak salah bila dikatakan bahwa alam
semesta ini makrokosmos dan manusia adalah mikrokosmosnya.
Substansi dari dialog dengan malaikat (Q.s. al-Baqarah: 30-31
) adalah penegasan bahwa sesungguhnya Allah sebagai Pencipta atau Penjadi
khalifah di muka bumi ini. Kata “jaa`ilun” sebagai konstruksi isim fa`il yang
berarti subyek pelaku dalam frasa Innii jaa’ilun fi al-ardhi khaliifah tidak
harus diartikan “hendak menjadikan khalifah di muka bumi”. Seandainya arti ini
yang dipahami, maka tidak ada khalifah sebelum Adam. Konseksuensi logisnya,
Adam adalah manusia pertama.
Seandainya frasa tersebut dikembalikan pada makna asalnya
sebagai isim fa‘il, maka hal itu mengisyaratkan bahwa Allah—sebelum atau
sesudah terjadinya dialog dengan malaikat sebagaimana yang termaktub dalam ayat
tersebut—selalu menjadikan khalifah di muka bumi. Dengan demikian, Adam
bukanlah khalifah yang pertama dan bukan pula manusia yang pertama yang
diciptakan Allah.
Kemudian, ayat-ayat tersebut memunculkan wacana bahwa
seolah-olah malaikat mempunyai pengalaman mengamat-amati sepak terjang sang
khalifah. Tampaknya malaikat khawatir akan masa depan khalifah baru yang
bernama Adam itu, seandainya perilaku destruktif akan menghancurkan tatanan
taqdis dan tasbih malaikat. Kita hanya bisa menduga-duga kategori khalifah yang
seperti apakah yang telah (dan akan) melakukan perbuatan tercela itu. Tidak ada
keterangan yang jelas perihal khalifah versi malaikat yang dimaksud. Al-Qur’an
dalam Q.s. Shaad: 67-73 dengan tegas menyatakan untuk tidak memperpanjang
bantah-bantahan ini.
Ada riwayat yang mengasumsikan bahwa iblis atau jin sebagai
khalifah sebelum Adam. Qatadah, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas menduga, bahwa
khalifah yang dimaksud adalah khalifah dari golongan jin yang diduga berbuat
kerusakan. Asumsi ini berdasarkan analisis ayat yang menerangkan bahwa jauh
sebelum manusia diciptakan, Allah telah menciptakan jin (Ibn-Katsir, Qishashul
Anbiya’, hlm. 2).
Benar bahwa jin (dan malaikat) diciptakan sebelum Adam
berdasarkan Q.s. al-Hijr: 26-27, namun apakah mereka—khususnya para
jin—berperan sebagai khalifah di muka bumi? Pendapat para sahabat tersebut
tampaknya hanyalah praduga saja. Lagi pula tidaklah mungkin bumi yang kasat
mata ini diwariskan kepada para jin yang tidak kasat mata. Bentuk pengelolaan
semacam apakah seandainya para jin yang berfungsi sebagai khalifah di muka bumi
ini.
Khalifah sebelum Adam dan khalifah yang hendak diciptakan Allah ini adalah khalifah yang benar-benar berasal dari golongan manusia. Perhatikan ayat berikut ini: Dan Dialah yang telah menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat ‘iqab-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (Q.s. al-An’am: 165).
Khalifah sebelum Adam dan khalifah yang hendak diciptakan Allah ini adalah khalifah yang benar-benar berasal dari golongan manusia. Perhatikan ayat berikut ini: Dan Dialah yang telah menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat ‘iqab-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (Q.s. al-An’am: 165).
Ayat tersebut kembali menegaskan bahwa sesungguhnya Allah
adalah pencipta para khalifah di muka bumi ini. Kata ganti orang kedua (dhamir
mukhatab) pada ja’alakum merujuk pada seluruh umat manusia. Menilik pada
keumuman lafadz ini, apabila dikaitkan dengan pertanyaan malaikat tentang
penciptaan khalifah, maka khalifah sebelum Adam adalah khalifah dari golongan
manusia juga. Ada banyak “Adam-Adam” lain yang sebelumnya diciptakan Allah
dengan fungsi yang sama namun dengan karakter yang berbeda; destruktif.
2.4.4
Adam
dan Instalasi al-Asma’
Dengan mengorelasikan fakta-fakta arkeologis tentang ragam
manusia sebelum Homo Sapiens, tampaknya selaras dengan karakter “destruktif”
sebagai yang digambarkan malaikat. Namun, bukankah karakter hominid memang
demikian? Manusia-manusia tersebut mempunyai struktur fisik yang hampir mirip
manusia (kalau tidak ingin dikatakan hampir mirip kera). Mereka tercipta dengan
volume otak yang kecil yang dengan sendirinya perilakunya pun cenderung tanpa
tatanan manusiawi atau bersifat kebinatangan. Mereka tidak layak disebut
sebagai khalifah. Sementara itu, khalifah mempunyai kedudukan yang terhormat
sebagai “duta” Allah untuk mengelola bumi ini.
Di sinilah letak diskontinuitas itu. Ternyata, kita tidak
bisa mengorelasikan fakta sejarah manusia (asal mula manusia menurut para
penganut evolusionisme) dengan asal-usul Adam. Ada banyak keterserakan,
sebagaimana yang dideskripsikan Michel Foucault, diskontinuitas dipahami
sebagai terserak dan berkecambahnya sejarah ide-ide dan munculnya
periode-periode yang begitu panjang dalam sejarah itu sendiri. Dalam pengertian
tradisional, sejarah semata-mata selalu tertuju pada keinginan untuk menentukan
relasi-relasi kausalitas, determinasi sirkular, antagonisme dan relasi ekspresi
antara berbagai fakta dan kejadian yang terekam oleh manusia (The Archeology of
Knowledge, hlm. 10).
Keterserakan ini yang menyangkut relasi-relasi kausalitas,
determinasi sirkular, antagonisme dan relasi ekspresi antara berbagai fakta dan
kejadian yang terekam oleh manusia. Celakanya, kita menganggap bahwa data-data
historis tentang bapak manusia itu dirasa cukup hanya dengan ditafsirkan oleh
data-data hadits yang sangat dipengaruhi oleh kisah-kisah israiliyat
(Bible). Seandainya kita hendak meneliti sejarah penciptaan ini, meminimalisasi
diskontinuitas dengan “comot sana comot sini” dari data-data Biblikal bukanlah
semangat Qur’anik. Bukankah sejak awal al-Qur’an diturunkan untuk
menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya?
Dengan meneliti ayat “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat
dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang (Q.s. al-Baqarah: 37), suksesi khalifah yang tidak
berdasarkan kalimah Allah ke yang berdasarkan kalimah Allah barangkali yang
paling mendekati untuk mereka-reka praduga ini. Allah hendak mengganti khalifah
yang berperilaku destruktif yang tidak berdasarkan pada hukum-hukum Allah
dengan khalifah berperadaban yang berdasarkan pada hukum-hukum Allah. Jadi,
tegaslah bahwa para hominid itu bukan khalifah.
Namun yang pasti, Adam bukanlah manusia pertama. Tampaknya
Q.s. al-Baqarah: 30 menghendaki bahwa penciptaan khalifah berikutnya adalah
untuk mereformasi dan merehabilitasi “Adam-Adam” sebelumnya. Dengan kata lain,
Allah hendak mengganti khalifah perusak yang tanpa tatanan hukum Allah itu
dengan khalifah baru yang bernama Adam dan anak keturunannya kelak yang
berlandaskan tatanan hukum Allah.
Selanjutnya, proses pembelajaran untuk khalifah baru ini
segera dilakukan. Instalasi ini adalah pembekalan pada diri Adam yang berupa
persiapan diri untuk menerima seluruh identifikasi nama-nama, al-asma’ kullaha.
Kalimat kullaha adalah penguatan (taukid) bahwa pengajaran al-asma meliputi
seluruh nama-nama atau identitas (al-musammiyaat) benda-benda (Tafsir
Zamakhsyari, Juz I, hlm. 30).
Sementara itu, Imam al-Qurthuby menitikberatkan bahwa proses
pengajaran al-asma’ adalah pengajaran dalam bentuk dasar-dasar ilmu pengetahuan
(Tafsir al-Qurthuby, Juz I, hlm. 279). Hal ini mengandung makna yang lebih
dalam, bahwa Adam sudah diperlengkapi dengan perangkat nalar yang siap untuk
menerima seluruh identifikasi nama-nama. Pengajaran bukanlah dengan mengajarkan
penyebutan benda-benda satu-persatu belaka, namun lebih pada pengidentifikasian
yang selanjutnya dikembangkan sendiri oleh Adam. Adam-lah manusia rasional yang
pertama.
Proses instalasi ini dijadikan bekal Adam untuk diwariskan
kepada anak cucunya dalam rangka mengelola dunianya kelak. Instalasi
al-asma’ adalah instalasi sendi-sendi pengetahuan sehingga Adam mampu
mengidentifikasi nama-nama seluruhnya (al-asma’ kullaha). Faktor inilah yang
mendorong manusia untuk menjadi makhluk pembelajar—homo academicus. Adam mampu
mengidentifikasi dan mengembangkan daya nalarnya sampai pada tahap yang mengagumkan
malaikat. Sementara, malaikat tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun kecuali
apa yang telah diinformasikan Allah kepada mereka, subhaanaka laa ‘ilma lanaa
illaa maa ‘allamtanaa. Inilah yang membuat malaikat jatuh tersungkur karena
ta’dzim kepada Adam akan pencapaian kemajuan ilmiahnya.
Tampaknya, diskontinuitas sejarah penciptaan Adam memang
demikian adanya. Al-Qur’an justru hendak menggerakkan hikmah di balik
penciptaan itu untuk selalu terus menerus berpikir dan menggunakan daya nalar
manusia di bawah bimbingan hukum Allah (kalimaatin) sebagaimana Adam meletakkan
dasar-dasar budaya dan peradaban di bawah bimbingan-Nya. Sementara itu,
membicarakan Adam sebagai tokoh sejarah (manusia pertama atau bukan) tidaklah
substansial dan tidak memberikan dampak apa-apa bagi peradaban itu sendiri.
2.5
Sinergitas
Antara Teori Darwinisme Dengan Penciptaan Manusia
Evolusi merupakan kata umum yang menunjukkan
suatu perubahan atau pertumbuhan secar berangsur-angsur dalam jangka waktu yang
cukup lama. Perubahan tersebut dapat terjadi karena pengaruh alam maupun
rekayasa manusia.
Teori biologi yang dibicarakan sekarang ini
dikembangkan oleh Charles Robert Darwin pada tahun 1800-1882. Ia mengemukakan
bahwa hewan, tumbuhan, dan juga manusia merupakan hasil perubahan evolusi dari
makhluk hidup yang sangat sederhanapada awal kehidupan di bumi, yang secara
perlahan-lahan melalui proses penurunan dengan modifikasi yang akhirnya
berkembang menjadi spesies organisme di muka bumi ini, termasuk di dalamnya
adalah kejadian manusia.
Khusus tentang kejadian manusia, menurut teori
evolusi Darwin, manusia adalah hewan atau binatang yang lebuh maju dibandingkan
hewan atau spesies lain. Pada tahun 1842 Darwin telah menyusun kerangka
teorinya dalam sebuah buku yang setebal 250 halaman yang telah diselesaikan
pada tahun 1844, yang kemudian ia menerbitkan sebuah buku dengan judul The
Origin of the Species by Means of Natural Selectionpada tahun 1859 dan buku
lain dengan judul The Origin of Men pada tahun 1871 yang
kemudian terkenal dengan istilah Teori Evolusi Darwin.
Berkaitan dengan asal-usul kehidupan, Darwin
secara ringkas memaparkan bahwa:
1. Kehidupan
berasal dari zat-zat organik yang secara bertahap mengalami perubahan menjadi
makromolekul organik yang diperkirakan bermula dari lautan.
2. Evolusi
kimia dimulai dari atmosfer purba dengan beraksinya bahan-bahan anorganik
dengan energi dari halilintar membentuk senyawa makromolekul sebagai
komponen-komponen pembentuk sel.
3. Makromolekul-makromolekul
akan terkonsentrasi di cekungan secara progresif, akibat kondisi yang relatif
kering dengan bantuan ATP dan enzim-enzim terjadi percepatan reaksi sehingga
terbentuk membran struktural serta ibril internal sebagai bagian sel primitif
yang merupakan kemungkinan terbentuknya kehidupan pada tahap pertama kali.
4. Kemungkinan
dimulainya evolusi dari laut ke darat dengan menggunakan analogi perkembangan invertebrata dari air ke darat.
5. Perkembangan
makhluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu lama dari bentuk sederhana
menuju bentuk yang kompleks.
6. Mekanisme
evolusi dilaksanakan melalui seleksi alam oleh peristiwa mutasi gen yang
terjadi secara acak dan tidak terduga pada tigkat suatu populasi.
Teori Darwin berdasarkan atas seleksi alam yang
dapat menghasilkan perubahan besar pada organisme setelah waktu yang lama
bahkan pada suatu saat tertentu dapat menghasilkan sspesies baru. Dia juga
mengatakan bahwa semua organisme yang meliputi seluruh tumbuhan dan hewan yang
ada dan pernah ada berkembang dari beberapa atau bahkan satu satu bentuk yang
sangat sederhana melalui proses penurunan dengan modifikasi melalui seleksi
alam.
Evolusi dalam pengertian-pengertian di atas
adalah sebatas hipotesis ilmiah tanpa bukti, atu justru
sekedar perkiraan yang kemudian diangkat menjadi kebenaran ilmiah oleh para
pendukungnya dan diterima begitu saja oleh masyarakat umum lewat kediktatoran
intelektual serta keyakinan yang membabibuta masyarakat pada integritas moral
ilmuwan.
Seiring dengan perkembangan dunia ilmu
pengetahuan modern, teori Darwin ini lambat laun digugurkan oleh para
ilmuwan-ilmuwan modern yang disebabkan karena kegagalan Darwin dalam
menjelaskan proses mekanisme transdormasi gen ari DNA kera
menjadi manusia. Sungguh sangat gempar dan ironis bagi para ilmuwan dan kita
pada saat ini yang telah lama belajar mendalami ilmu dan konsep teorinya.
Sebagai ungkapan refleksi diri, bahwa
sesungguhnya dalam Agama Islam, sebagai agama pelindung dan petunjuk jalan
menuju penerangan telah menjelaskan bahwa Teori Darwin telah tertolak. Proses
penciptaan manusia yang sesungguhnya adalah berasal dari Allah, yaitu Tuhan
Yang Maha Esa, Tuhan yang menguasai seluruh Alam semesta. Dalam Ayat suci
Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Q.S. As-Sajdah ayat 7-9 dan Q.S. Shaad ayat
71-72. Maha Benar Allah atas segala keagungan-Nya.
2.6
Evolusi
dan Asal Usul Manusia Menurut Pandangan Agama
Teori evolusi
ini dipelopori oleh seorang ahli zoologi bernama Charles Robert Darwin
(1809-1882). Dalam teorinya ia mengatakan : "Suatu benda (bahan)
mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan". Kemudian
ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia. Menurutnya
manusia sekarang ini adalah hasil yang paling sempurna dari perkembangan
tersebut secara teratur oleh hukum-hukum mekanik seperti halnya tumbuhan dan
hewan. Kemudian lahirlah suatu ajaran(pengertian) bahwa manusia yang ada
sekarang ini merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar (manusia kera
berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling
sempurna.
Tetapi dalam
hal ini Darwin sendiri kebingungan karena ada beberapa jenis tumbuhan yang
tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Walaupun
pernyataan Darwin dalam bukunya yang berjudul "The Origin of Species"
dapat dikatakan sukses besar karena membahas masalah yang menyangkut asal usul
manusia, namun hal ini hanyalah bersifat dugaan belaka.
Hal ini
diantaranya merupakan kelemahan teori yang dikemukakan oleh Darwin. Tidak ada
titik temu antara teori yang ada dengan kenyataan. Sebagai contoh, para ahli
zoologi sangat akrab dengan suatu species yang bernama panchronic yang
tetap sama sepanjang masa. Juga ganggang biru yang diperkirakan telah ada lebih
dari satu milyar tahun namun hingga sekarang tetap sama. Yang lebih jelas lagi
adalah hewan sejenis biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang
lalu dan hingga kini tetap ada.
Di
dalam teorinya Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari perkembangan
makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang menjadi hewan kera
tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia. Makhluk yang tertua yang
ditemukan dengan bentuk mirip manusia adalah Australopithecus yang diperkirakan
umurnya antara 350.000 - 1.000.000 tahun dengan ukuran otak sekitar 450 - 1450
cm3. Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar pengaruhnya
bagi kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang mempunyai volume otak
rata-rata 450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal) yang
mempunyai volume otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan
dalam waktu antara 400.000-500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3.
Tetapi anehnya perkembangan dari Neandertal ke manusia modern sekarang ini
selama ± 100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang. Teori ini tidak
mengemukakan alasannya. Jadi secara jujur dapat kita katakan bahwa teori yang
dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan
tidak dapat dibuktikan.
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah
diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki
oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam
istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam- macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah.
Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran
tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah
evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep
tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi.
Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar
konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi
sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia.
Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan
secara rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya manusia
menurut islam yakni sebagai mahluk yang diperintahkan
untuk menjaga dan mengelola bumi. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan
konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan
berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh
mahluk-mahluk hidup yang lainnya. Manusia sebagai mahluk
yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai
dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau
pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan
khalifah. Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam Surat Al- Baqarah ayat 30.
Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Kata khalifah berasal dari kata khalafa
yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai
pemilih atau penerus ajaran Allah. Kehadiran manusia pertama tidak
terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal
usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang
spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
2.7
Perpaduan
Antara Pandangan Ilmiah Baru dan Pandangan Agama Tentang Manusia Pertama
Terwujudnya alam semesta ini
berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa. hal ini
sesuai dengan firman Allah :
"Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada iantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy
(Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada Yang Maha
Mengetahui." (QS. Al Furqaan (25) : 59)
Keenam masa itu adalah
Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum.
Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan dan perkembangan
yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya
masing-masing. (tidak berevolusi)."...dan Dia telah menciptakan segala
sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya" (QS.
Al Furqaan (25) : 2)
Dari perpaduan antara Al
Qur’an dengan hasil penelitian ini maka teori evolusi Darwin tidak dapat
diterima. Dari penelitian membuktikan bahwa kurun akhir (cenozoikum) adalah
masa dimana mulai muncul manusia yang berbudaya dan Allah menciptakan lima
kurun sebelumnya lengkap dengan segala isinya adalah untuk memenuhi kebutuhan
yang diperlukan oleh manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah di dalam salah satu
firman-Nya :
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada
di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu" (QS Al Baqarah
(2) : 29)
Kemudian di dalam surat Al
Baqarah ayat 31 s/d 32 Allah berfirman :
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman : ‘Sebutlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar!’. Mereka menjawab : ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain daripada apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah
(2) : 31-32)
Untuk memelihara kelebihan
ilmu yang dimiliki oleh Adam a.s maka Allah berkenan menurunkan kepada semua
keturunannya agar derajat mereka lebih tinggi daripada makhluk yang lain.
Apabila kita menilik kepada literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah
antropologi, maka akan tampak sekali keragu-raguan dari para ahli antropologi
sendiri, apakah Homo Sapiens itu benar-benar berasal dari Pithecanthropus dan
Sinanthropus ? Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya para ahli
mengambil kesimpulan bahwa Pithecanthropus dan Sinanthropus bukanlah asal
(nenek moyang) dari Homo Sapiens (manusia), tetapi keduanya adalah makhluk yang
berkembang dengan bentuk pendahuluan yang mirip dengan manusia kemudian musnah.
"Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata : ‘Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?’. Tuhan berfirman : ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tdak kamu ketahui’."(QS. Al Baqarah (2) : 30)
Dari ayat ini banyak
mengandung pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud
oleh malaikat pada ayat diatas. Dalam literatur Antropologi memang ada
jawabannya yaitu sebelum manusia Homo Sapiens (manusia berbudaya) memang ada
makhluk yang mirip dengan manusia yang disebut Pthecanthropus, Sinanthropus,
Neanderthal, dan sebagainya yang tentu saja karena mereka tidak berbudaya maka
mereka selalu berbuat kerusakan seperti yang dilihat para malaikat.
Nama-nama mkhluk yang
diungkapkan para ahli antropologi diatas dapat pula ditemui dalam pendapat para
ahli mufassirin. Salah satu diantaranya adalah Ibnu Jazir dalam kitab tafsir
Ibnu Katsir mengatakan : "Yang
dimaksud dengan makhluk sebelum Adam a.s diciptakan adalah Al Jan yang kerjanya
suka berbuat kerusuhan."
Dengan demikian dari uraian
diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa Adam a.s adalah manusia pertama,
khalifah pertama dan Rasul (nabi) pertama. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
"Dan tidak ada suatu umatpun (manusia)
melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan (Nabi)" (QS. Fathir
: 24)
"Tiap-tiap umat mempunyai Rasul" (QS.
Yunus : 47)
2.8
Keselarasan
Antara Pendekatan Sains, Agama dan Filsafat Terkait Penciptaan Manusia
Jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran
dapat ditempuh dengan jalan, yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiga jalan ini
mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung yang satu
terhadap yang lainnnya. Ilmu Pengetahuan Sebagai ilustrasi dikisahkan,
bertanyalah seorang kawan kepada ahli filsafat yang arif dan bijaksana,
“Bagaimana caranya agar saya mendapatkan pengetahuan yang benar? “Mudah saja”,
jawab filosof itu, “Ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau
tidak tahu” (Jujun, 1990:19). Dari ilustrasi ini dapat digambarkan bahwa
pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu dan merupakan hasil proses dari
usaha manusia. Beranjak dari pada pengetahuan adalah kebenaran, dan kebenaran
adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupannya manusia dapat memiliki berbagai
pengetahuan dan kebenaran.
Adapun–sebagaimana dikatakan Burhanuddin Salam
(1995:5)–beberapa pengetahuan yang dimiliki manusia, yaitu:
- Pengetahuan biasa atau common sense.
- Pengetahuan ilmu atau science
- Pengetahuan filsafat
- Pengetahuan religi
Sedang ilmu pengetahuan sendiri mempunyai pengertian sebagai
hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistematika mengenai
kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal
ikhwal yang diselidiinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat
dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang
kebenarannya diuji secara empiris, riset dan experimental (Anshari, 1979:157).
Endang Saifuddin Anshari, MA (1979:157), mendefiniisikan
filsafat sebagai hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami
(mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:
(a) Hakekat Tuhan; (b) hakekat alam semesta; (c) hakekat manusia; serta sikap
manusia termasuk sebagai konsekwensi daripada faham (pemahamannya) tersebut.
Hal
yang menyebabkan manusia berfilsafat karena dirangsang oleh: ketakjuban,
ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang dialami manusia dalam kehidupannya (Rapar, 1996:16).
Untuk
itulah dalam berfikir filsafat perlu dipahami karakteristik yang menyertainya,
pertama, adalah sifat menyeluruh artinya seorang ilmuan tidak puas lagi
mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu sendiri, tetapi melihat hakekat ilmu
dalam konstalasi pengetahuan yang lainnya, kedua, sifat mendasar, artinya bahwa
seorang yang berfikirfilsafat tidak sekedar melihat ke atas, tapi jug
mampu
membongkar tempat berpijak secara fundamental, dan ciri ketiga, sifat
spekulatif, bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu spekulasi.
Dari serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah
pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari perjelajahan
pengetahuan (Jujun, 1990:21-22).
Agama pada umumnya merupakan 10 satu sistem credo (tata
keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia;
(20 satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak
itu; (3) satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata
peribadatan (Anshari, 1979:158).
Agama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama
menekankan keterlibatan pribadi. Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan
tingginya nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada obyek yang ia sembah.
Seseorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap
zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.
Agama tak dapat dipisahkan dari bagian-bagian lain dari
kehidupan manusia, jika ia merupakan reaksi terhadap keseluruhan wujud manusia
terhadap loyalitasnya yang tertinggi. Sebaiknya, agama harus dapat dirasakan
dan difikirkan: ia harus diyakini, dijelaskan dalam tindakan (Titus, 1987:414).
Titik Persamaan dan Perbedaan baik ilmu, filsafat ataupun agama
bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran.
Namun titik perbedaannya terletak pada sumbernya, ilmu dan filsafat berumur
pada ra’yu (akal, budi, rasio, reason, nous, vede, vertand, vernunft) manusia.
Sedangkan agama bersumberkan wahyu.
Disamping itu ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan
jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri) dan percobaan
(eksperimen) sebagai batu ujian. Filasafat menghampiri kebenaran dengan
exploirasi akal budi secara radikal (mengakar); tidak merasa terikat oleh
ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Manusia
mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan
mempertanyakan berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci.
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku
sampai dengan saat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan
yang tidak dapat dibuktikan secara empiri, riset dan eksperimental). Baik
kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat kedua-duanya nisbi (relatif).
Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut) karena agama adalah wahyu
yang diturunkan Allah. Baik ilmu maupun filsafat dimulai dengan sikap sanksi
dan tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya atau iman (Anshari,
1996:158-160).
2.8.1
Keselarasan antara Agama, Ilmu, dan
Filsafat tentang Evolusi
Kontroversi teori evolusi adalah karena teori dianggap
bertentangan dengan agama. Evolusi dianggap akan mengesampingkan atau bahkan
mereduksi ajaran agama. Evolusi dan agama adalah dua hal yang berbeda dalam
menjelaskan tentang kehidupan. Secara filosifis kebenaran agama adalah mutak
atau absolut sedangkan kebenaran evolusi adalah kebanaran ilmu yang relatif.
Artinya teori evolusi belum tentu dibenarkan tanpa koreksi secara terus-menerus
dan juga tidak dapat ditolak secara apriori tanpa memahami esensi evolusi.
Adanya teori evolusi tidak bermaksud mematahkan ajaran-ajaran agama yang
dipercaya sebagian besar manusia bumi. Evolusi jelas bertujuan mengungkap
fenomena alam dengan pendekatan ilmu pengetahuan. Evolusi pun hanyalah teori
yang patutnya diuji kebanarannya secara ilmiah tanpa membandingkannya dengan
ajaran agama. Charles Darwin dalam bagian akhir bukunya menyatakan bahwa: there
is grandeur in this view of life, with its several powers, having been
originally breathed by the Creator into a few forms or into one; and that,
whilst this planet has gone circling on according to the fixed law of gravity,
from so simple a beginning endless forms most beautiful and most wonderful have
been, and are being evolved. Jelaslah bahwa Darwin mengakui bahwa
segala yang ada di bumi telah diciptakan oleh Sang Pencipta menjadi beberapa
bentuk atau bentuk tunggal. Evolusi hanya pengarah untuk menjaga keseimbangan
melalui seleksi alam. Franz Magnis Suseno, filsuf dan pengajar filsafat STF
Drikarya mengemukakan bahwa Penciptaan dalam Kitab Genesis tidak dapat
disesuaikan dengan teori evolusi. Cerita penciptaan menurutnya, tidak harus
diterima secara literer tetapi dapat dimengerti sebagai ungkapan simbolis
tentang suatu keyakinan iman, bahwa memang segala apa yanga ada ini diciptakan
oleh Allah dan semua itu baik adanya. Tidak ada jalan lain untuk sampai pada
masa pra-evolusi selain penciptaan. Evolusi pun tidak mengajak orang menjadi
materialistik dan tidak perlu seseorang menjadi lemah imannya setelah
mempelajari evolusi. Setelah lebih dari 150 tahun, teori evolusi masih
dipercaya sebagian orang karena manusia baik kehidupan maupun karakteristiknya
masih terus berevolusi sehingga teori evolusi pun masih akan terus mengalam
evolusi.
BAB III
KESIMPULAN
·
Evolusi (dalam kajian biologi) berarti
perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga
proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
·
Teori tentang asal mula makhluk hidup di bumi antara lain:
a.
Teori Generatio Spontanea
b.
Evolusi Kimia
c.
Evolusi Biologi
·
Evolusi kehidupan menurut pandangan agama pada umumnya berbagai hipotesis mengenai
asal-usul kehidupan tergolong dalam salah satu empat hipotesis, yaitu Asal-usul
kehidupan adalah hasil mukjizat yang selalu diluar jangkauan fisikan dan kimia.
Kehidupan itu muncul bersamaan dengan adanya Kehidupan di dunia muncul melalui
serangkaian reaksi kimia yang mengalami perbaikan dan kemajuan.
·
Asal-Usul
Manusia menurut Teori Evolusi Biologis
1. Teori evolusi
menurut Jean Lamarck Evolusi
organik terjadi karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungannya dapat diturunkan.
2. Teori evolusi menurut Charles Darwin Spesies yang ada sekarang adalah
keturunan dari spesies-spesies sebelumnya.
·
Wacana tentang asal-usul manusia, konsep pertama
evolusi menawarkan satu gagasan bahwa manusia adalah wujud sempurna dari
evolusi makhluk di bumi ini. Sedangkan konsep kedua mengatakan bahwa manusia
adalah keturunan Adam dan Hawa.
·
keselarasan antara pendekatan sains, agama dan
filsafat ferkait penciptaan manusia jalan untuk mencari, menghampiri dan
menemukan kebenaran dapat ditempuh dengan jalan, yaitu: ilmu, filsafat dan
agama. Ketiga jalan ini mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik
singgung yang satu terhadap yang lainnnya. Ilmu Pengetahuan Sebagai ilustrasi
dikisahkan.
·
Kehadiran manusia pertama tidak
terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal
usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang
spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi
·
Dengan demikian
dari uraian diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa Adam a.s adalah manusia pertama,
khalifah pertama dan Rasul (nabi) pertama. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
"Dan tidak ada suatu umatpun (manusia)
melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan (Nabi)" (QS. Fathir
: 24)
"Tiap-tiap umat mempunyai Rasul" (QS.
Yunus : 47)
DAFTAR
PUSTAKA
Hafidhuddin, Didin K.H., Tafsir
al-Hijri: Kajian Tafsir al-Qur’an Surat an-Nisa, Jakarta: Yayasan Kalimah
Thayyibah, 2000
Imani, Allamah. Kamal. Faqih, Tafsir
nurur Qur’an: Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Tuhan, terj, R Hikmat
Danaatmaja, Jakarta: al-Huda, 2003
Muthahari, Murthada, Manusia dan
Alam Semesta, terj, Ilyas Hasan, Jakarta: Lentera, 2002
Soenarjo, R.H.A, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1989
——————, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 2000
1 komentar:
Harrah's Lake Tahoe Casino and Hotel - Mapyro
Get directions, 바카라 패턴 reviews 삼척 출장샵 and 남양주 출장안마 information for Harrah's Lake 익산 출장안마 Tahoe Casino and Hotel in Stateline, NV. Rating: 2.5 · 9 군포 출장샵 votes
Posting Komentar